22.1 C
Sukabumi
Senin, Juli 1, 2024

Thrust Defender 125, Motor Matic Maxi Bikin Yamaha XMAX Ketar-ketir, Cek Harganya

sukabumiheadline.com l Thrust Defender 125, diprediksi bakal...

Yamaha Zuma 125 meluncur, intip harga dan penampakan detail motor matic trail

sukabumiheadline.com - Yamaha resmi memperkenalkan Zuma 125...

Smartphone dengan Peforma Mewah, Spesifikasi Xiaomi 13T Dilengkapi Kamera Leica

sukabumiheadline.com - Xiaomi selalu menjadi incaran bagi...

KH Ahmad Djunaidi Rodlibillah, ulama asal Sukabumi imam shalat Bung Karno yang terlupakan

KhazanahKH Ahmad Djunaidi Rodlibillah, ulama asal Sukabumi imam shalat Bung Karno yang terlupakan

sukabumiheadline.com – KH. R. Ahmad Djunaidi Rodlibillah Pabuaran, adalah salah seorang ulama Sukabumi yang dikenal bersahaja dan tawadhu. Mengutip dari nu.or.id, Kyai Rodibillah, begitu ia akrab disapa, lahir pada tanggal 5 Februari 1917 di Gunung Puyuh Kota Sukabumi.

Kyai Ahmad Djunaidi Rodlibillah adalah anak pertama dari pasangan R. H. Muhammad Syahri bin Nasib yang berasal dari Cipanas, Kabupaten Cianjur dan Ibu Hj Siti Fatimah berasal dari Gunungpuyuh, Kota Sukabumi.

Baca Juga:

Kyai Rodibillah menempuh pendidikan pertamanya mulai dari sekolah di Ahmadiyyah Juwaeniyyah di bawah asuhan KH R Ahmad Juwaeni bin Qodhi Husein, setelah lulus sekolah kemudian dilanjutkan mondok di Pesantren Gentur Cianjur di bawah asuhan KH Ahmad Satibi (mama Kaler).

Tak sampai disitu, Kyai Rodibillah melanjutkan kembali rihlah ilmiyahnya ke Pesantren Ma’ariful Qur’an Pabuaran Sukabumi di bawah asuhan KH R Abdullah bin Qodli Husein (adik dari KH R Ahmad Juwaeni).

Kehausannya terhadap ilmu tak menjadikannya terhenti begitu saja, kali ini pondok yang ia singgahi adalah Ponpes Keresek dan Ponpes Sukaraja di Garut di bawah asuhan KH Adzro’i. Setelah dari Garut, ia kembali lagi ke Pesantren Pabuaran.

Pada 1939, ia dinikahkan dengan putri asuhnya KH. R. Abdullah yang bernama Hj Zaenab Zakiyyah binti KH. Ismail dan mempunyai 10 anak.

Setelah KH. Abdullah bin Qodhi Husein wafat, KH R Ahmad Djunaidi Rodlibillah didapuk menjadi penerus kepemimpinan Ponpes Ma’ariful Qur’an dan mengajar di Pabuaran.

Baca Juga:

Ulama pejuang 

KH. R. Ahmad Djunaidi Rodlibillah bersama ulama Sukabumi lainnya aktif memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia, sehingga pada 1990 ia mendapatkan piagam penghargaan dan medali perjuangan Angkatan ’45.

Di pemerintahan, KH. R. Ahmad Djunaidi Rodlibillah pernah menjabat sebagai kepala Departemen Agama Sukabumi dan menjadi Kepala Urusan Agama (KUA) Jawa Barat.

Selain itu, ia juga aktif di organisasi keagamaan Nahdhatul Ulama (NU) bersama ualam lainnya, seperti KH. Abdullah Sanusi, Sukamantri dan KH. Masturo, Tipar, Cisaat serta lainnya. Baca lengkap: Profil KH. Masthuro dan Catatan Perjalanan Satu Abad Lebih Ponpes Al-Masthuriyah Sukabumi

Selain itu, ia juga pernah menjabat ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Sukabumi pada 1966.

KH. R. Ahmad Djunaidi Rodlibillah pada zamannya menjadi tokoh sentral di kota Sukabumi. Tak sedikit para ulama dan Pejabat mendatanginya untuk sekedar minta didoakan.

Bahkan, ketika Presiden Soekarno berkunjung ke Sukabumi pada 1953, bertepatan dengan momen Idul Adha, menunaikan Shalat Ied di Lapang Merdeka, di mana KH Ahmad Djunaidi Rodlibillah bertindak sebagai imam, meskipun waktu itu usianya masih tergolong muda.

Baca Juga: 

KH R Ahmad Djunaidi Rodlibillah Pabuaran
KH R Ahmad Djunaidi Rodlibillah saat menjadi imam shalat Ied – Istimewa

Sifat tawadhu dan kesederhanaan melekat pada dirinya, dibuktikan dengan dokumen foto yang disertakan. Tampak di belakangnya KH. Ismail (mertua) yang juga berposisi tepat di samping Bung Karno. Selain itu, terlihat juga Qodhi Sukabumi sekaligus guru dari KH Ahmad Djunaidi Rodlibillah, yaitu KH Juwaini.

Kiai Rodibillah berjuang menyebarkan ajaran Islam bersama ulama Sukabumi lainnya seperti KH Mahmud Pabuaran, KH Haromain Cihingkik (teman sekamar saat di Ponpes Keresek), KH. Abdullah Mahfudz dari Babakan Tipar, KH Abdullah Khudri dari Cicurug, dan kyai lainnya.

Baca Juga:

Ulama penulis 

KH Ahmad Djunaidi Rodlibillah juga dikenal sebagai ulama yang tekun dalam menulis, hampir setiap kitabnya berisi oleh Irtibath ataupun catatan kaki. Tak sedikit juga ia menukil kitab-kitab ulama terdahulu dalam sebuah lembaran kertas.

Di antara karyanya adalah berjudul Sayyidatuna Aisyah Wa Hadist al-Ifk. Kitab ini berjumlah 9 halaman, dengan menggunakan aksara paigon bahasa Sunda, yang diambil dari kitab Umdah al-Qori Syarh Shohih al-Bukhori dan di terjemahkan ke dalam bahasa Sunda.

Dalam Mukadimahnya tertulis:

دي چرؤسكن دينا حديث بخاري دينا باب حديث الإفك كلوان فنجڠ ليبر دينا شرح نا كتاب صحيح البخاري پأيت عمدة القاري جزء الثامن، أي مه ترجمه بائي كلوان رڠكس

Di carioskeun dina hadist Bukhori dina bab hadist ifki kalawan panjang lebar dina Syarahna kitab Shohih Bukhori nyaeta Umdah al-Qori juz tsamin, ieu mah tarjamah bae kalawan ringkes (di ceritakan dalam hadist bukhori di bab hadist ifki dengan begitu panjang,dalam syarahnya Shohih Bukhori yaitu Umdah al-Qori juz delapan, ini hanya terjemah ringkasnya saja”)

Kitab ini menjelaskan berita bohong (hoaks dalam istilah sekarang) pada zaman Rosulullah SAW, yang terjadi tepat setelah perang Muraisi’ atau perang Bani Musthaliq.

Berita bohong dan fitnah ini di sebarkan oleh Abdullah bin Ubay (pimpinan munafikin) terhadap istri Rasulullah yakni Sayyidatuna Aisyah binti Abu Bakar. Kemudian fitnah ini dibantah dengan turunnya wahyu, dalam Surat Annur ayat 11. Kitab tersebut selesai ditulis pada 5 Rabiul awal 1403 bertepatan 21 Desember 1982.

KH Ahmad Djunaidi Rodlibillah wafat 

Pada usia hampir 90 tahun, tepatnya tanggal 24 Agustus 2005/19 Rajab 1426, Kota Sukabumi ditinggalkan sosok ulama sepuh yang begitu alim yang tawadhu dan penuh kesederhanaan. Jasadnya makamkan di Tempat Pemakaman Umum Taman Bahagia, Kota Sukabumi.

Konten Lainnya

Content TAGS

Konten Populer