22.6 C
Sukabumi
Minggu, Mei 5, 2024

Thrust Defender 125, Motor Matic Maxi Bikin Yamaha XMAX Ketar-ketir, Cek Harganya

sukabumiheadline.com l Thrust Defender 125, diprediksi bakal...

Ternyata Ini Penyebab Ledakan Tabung CNG di Cibadak Sukabumi, Kepsek SD Korban Tewas

sukabumiheadline.com l Peristiwa pilu meledaknya tabung gas...

Smartphone dengan Peforma Mewah, Spesifikasi Xiaomi 13T Dilengkapi Kamera Leica

sukabumiheadline.com - Xiaomi selalu menjadi incaran bagi...

Nasib Warga Sukabumi Saat Ini: Gaji Rendah, Jajan Naik, Utang Numpuk

EkonomiNasib Warga Sukabumi Saat Ini: Gaji Rendah, Jajan Naik, Utang Numpuk

sukabumiheadline.com l Penemuan mayat wanita berinisial RS mengegerkan warga Lembursitu, Kota Sukabumi, Jawa Barat. Wanita malang berusia 35 tahun yang bekerja sebagai pegawai bank keliling (Koperasi Simpan Pinjam) itu ditemukan membusuk di atas bebatuan Sungai Cipelang, Sabtu (18/11/2023).

Sementara polisi melakukan penyelidikan kematian RS, warga menduga wanita malang itu dibunuh oleh nasabahnya dipicu masalah utang piutang. Baca lengkap: Mayat Wanita Pegawai Bank Keliling Membusuk di Sungai Cipelang Sukabumi

Kasus kematian RS tentunya merupakan potret kondisi perekonomian sebagian warga Sukabumi, Jawa Barat saat ini. Jika benar kematian RS karena ulah nasabahnya yang kalap karena sudah tidak mampu membayar utang, tentu sangat mengkhawatirkan.

Menurut Ekonom senior, Chatib Basri, tren kenaikan suku bunga mulai masuk ke Indonesia, setelah Bank Indonesia (BI) menaikkan bunga acuan BI-7 day reverse repo rate sebesar 25 basis points menjadi 6% sejak 19 Oktober 2023 lalu.

Berita Terkait: Industri Garmen Sukabumi Terancam Bangkrut Imbas Predatory Pricing Social Commerce

Kondisi tersebut, menurut mantan Menteri Keuangan itu berpotensi membuat laju pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi melambat.

Chatib Basri menjelaskan, kenaikan suku bunga acuan tentu akan mengerek bunga kredit masyarakat. Membuat beban pengeluaran atau belanja semakin tinggi di tengah stagnannya pendapatan masyarakat.

“Pasti lebih mahal. Sementara wallet kamu kan tetap, duit tabungan tetap. Kalau beban dari household-nya naik, maka akibatnya apa, konsumsinya akan slow down,” kata Chatib dilansir cnbcndonesia.com, dikutip Ahad (19/11/2023).

Ditambahkan Chatib Basri, menurunnya geliat konsumsi masyarakat sebetulnya mulai tercermin dari melemahnya indeks keyakinan konsumen (IKK) pada September 2023. Pada bulan itu, IKK yang dirilis BI secara rutin berada di level 121,7 atau turun dari catatan angka indeks pada Agustus 2023 di level 125,2.

Namun, data IKK terakhir itu masih masuk ke level optimis karena angka indeks di atas level 100. Seiring dengan itu, rasio tabungan seluruh kelompok pengeluaran, mulai dari yang bergaji tinggi hingga pas-pasan seluruhnya berkurang.

Menurut catatan BI, kelompok pengeluaran di atas Rp5 juta rasio tabungannya telah turun dari 18,6 menjadi 18,3. Penurunan terdalam kelompok pengeluaran Rp4,1-5 juta dari 17,9 menjadi 16,6, dan kelompok Rp1-2 juta turun dari 15,5 ke 15,1.

Fenomena ini menurut Chatib telah menandakan adanya implikasi dari beban suku bunga terhadap tabungan masyarakat.

“Artinya, mereka tetap mempertahankan konsumsi, namun dengan mengambil porsi tabungan ataupun mengambil utang baru,” kata dia.

“Jadi kalau kemudian orang mempertahankan konsumsi sayangnya turun dia udah mulai mantab, makan tabungan. Atau opsi lain adalah kalau yang kelas menengah, credit card tuh nanti naik. Dia akan belanja tapi belanjanya melalui utang,” tutur Chatib.

Di sisi lain, survei perbankan BI per kuartal III-2023 pun mencatat adanya peningkatan penyaluran kredit konsumsi pada periode itu mencapai 91,2%, naik dari kuartal II-2023 sebesar 85,3%.

“Konsumsinya naik, sementara pendapatannya tetap, berarti yang dia lakuin apa, dia makan tabungan kan. Nah kalau dia makan tabungan seberapa lama akan tahan. Pilihannya cuma dua, dia ngutang atau nanti setelah quarter ke depan, konsumsinya akan turun,” ujar Chatib.

Kendati begitu, Kepala Ekonom Bank Syariah Indonesia (BSI) Banjaran Surya Indrastomo menilai, tren suku bunga tinggi ini tidak langsung berdampak pada golongan masyarakat bawah, mengingat pemerintah dan Bank Indonesia masih mampu mengendalikan inflasi di kisaran sasara 2-4%.

“Namun, dampak perlambatan ekonomi di jangka panjang akibat dari suku bunga yang tinggi, dapat memengaruhi spending mereka melalui peningkatan saving bagi masyarakat menengah ke atas yang membuat tertahannya perkembangan sektor riil, sehingga transaksi dan multiplier ke masyarakat bawah juga menurun,” jelasnya.

Diberitakan sukabumiheadline.com sebelumnya, gelombang PHK buruh dan pabrik yang bangkrut di Sukabumi terus berlanjut. Terbaru, ribuan buruh sebuah pabrik garmen mengalami nasib serupa. Baca lengkap: Belasan Pabrik di Sukabumi Bangkrut dan Relokasi ke Jawa Tengah, Ini Biang Keroknya

Kali ini, PT Manito World, salah satu pabrik garmen di Sukabumi menutup pabriknya imbas krisis global. Alhasil, ribuan buruhnya harus menelan pil pahit karena terkena pemutusan hubungan kerja (PHK). Baca lengkap: Ngeri, Sebab Krisis Ekonomi Global 24 Ribu Buruh di Sukabumi Dirumahkan

Konten Lainnya

Content TAGS

Konten Populer