RI baru rencana, intip kesibukan Bandara Cikembar Sukabumi dibangun Belanda pada 1922

- Redaksi

Kamis, 20 Maret 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

sukabumiheadline.com – Pemerintah Republik Indonesia baru merencanakan pembangunan bandar udara di Kecamatan Cikembar, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Rencananya, Bandara Cikembar akan dikelola oleh  Unit Pelayanan Teknis (UPT) Kementerian Perhubungan. Baca selengkapnya: Bandara Sukabumi Jadi Fokus Erick Thohir

Namun, hingga kini pembangunan bandara tersebut urung terwujud. Informasi dihimpun, ketidakjelasan masa depan pembangunan Bandara Cikembar karena ketiadaan lahan. Baca selengkapnya: 5 Soal Bandara Sukabumi, dari Ketiadaan Lahan, Dikritik Ekonom hingga Bikin Sewot Susi

Berikut ulasan sejarah Lapangan Terbang Cikembar disarikan dari artikel di media jaringan sukabumiheadline.com, Sukabumi XYZ, Kamis (20/3/2025).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Lapangan Terbang Cikembar sudah ada sejak 1922

Penampakan Bandara Cikembar dari udara
Penampakan Bandara Cikembar dari udara – Kipahare

Namun, mungkin tidak banyak yang tahu bahwa pemerintah Hindia Belanda sudah sejak 1922 membangunan lapangan terbang di lokasi tersebut. Untuk informasi, dulu istilah bandara belum dikenal, tapi masih lapangan terbang. Masyarakat sekitar menyebut lapangan terbang tersebut sebagai Pangapungan alias lokasi untuk menerbangkan.

Dalam sejarah penerbangan dunia tentu kita tahu Oliver Wright dan Wilbur Wright alias Wright bersaudara yang pertama kali menerbangkan pesawat di dunia, pada Desember 1903, sekaligus dikenal sebagai penemu pesawat terbang.

Hal menarik dari pesawat yang diujicobakan di Sukabumi adalah penemuannya yang orisinil, bukan menjiplak konsep Wright bersaudara karena konsep Wright pada saat itu belum dipublikasikan.

Pesawat uji coba di Sukabumi dibuat oleh seorang insinyur berkebangsaan Belanda bernama Onnen. Pada awalnya, ia membuat pesawat eksperimental dari bambu pada 1904, kemudin dimodifikasi dengan kulit kerbau. Walaupun material kulit kerbau ini memiliki bobot lebih berat, namun Onnen mampu menerbangkannya lebih lama dari Wright bersaudara yang hanya 12 detik.

Pesawat rancangan Onnen ini kemudian ditawarkan kepada Markas Militer Udara Hindia Belanda di Bandung, namun ditolak. Tidak putus asa, Onnen kemudian melakukan percobaan di Surabaya, selang beberapa tahun setelah penerbangan pertamanya di Sukabumi.

Pada 1914, Pemerintah Hindia Belanda membuat lembaga khusus untuk membuat ekseperimen percobaan penerbangan dengan nama Proef Vlieg Afdeling. Lembaga ini memiliki tujuan memproduksi pesawat terbang yang nantinya akan beroperasi di wilayah Hindia Belanda dan Asia.

Sebagai penunjangnya, Belanda membangun beberapa bandara perintis di antaranya di Kalijati, Subang pada 1914. Seiring perkembangan industri penerbangan, dibangun pula lapangan terbang lain seperti di Darmo, Surabaya tahun 1921. Belanda kemudian mempertimbangkan pembangunan lapangan terbang di selatan Pulau Jawa untuk mendukung aktivitas militer di pantai selatan sebagai basis yang aman dari jangkauan musuh.

Kemudian, dipilihlah area sekitar wilayah Cikembar, tidak jauh dari pertigaan Cikembar arah Padabeunghar, Kabupaten Sukabumi. Lokasi ini dirasa ideal untuk menjangkau pantai selatan, yakni di sekitar lapangan tembak Batalyon Infanteri (Yonif) 310.

Lapangan terbang Cikembar pada saat itu hanya untuk penerbangan sipil. Penerbangan bertarif 5 Gulden per orang untuk warga di sekitar bandara, dan 10 Gulden untuk penerbangan ke wilayah Gunung Gede.

Sebagian besar penumpangnya merupakan para pemilik perkebunan, agar bisa melihat perkebunan milik mereka dari ketinggian.

Baca Juga :  17 kecamatan di Kabupaten Sukabumi dihuni pengidap HIV/AIDS, dari Cicurug hingga Pajampangan

Baca Juga: Jadwal, rute, harga tiket Damri Sukabumi – Bandara Soekarno Hatta dan intip interior busnya

Batal diresmikan karena hujan lebat

Penampakan Bandara Cikembar dari udara
Penampakan Bandara Cikembar dari udara 1922 – Kipahare

Pemilihan Cikembar saat itu memang beralasan karena dekatnya daya jangkau ke pesisir selatan hingga Samudera Hindia, ke barat hingga Bogor dan Jakarta, kemudian ke timur hingga Cianjur.

Dibangunlah runway sepanjang 700 meter dalam garis lurus termasuk hanggar pesawat, dan area fungsional lainnya dengan koordinat 106.783E 6.967S. Namun, jangan dikira landasan runway-nya seperti sekarang, diaspal rata atau dicor. Pada saat itu, runway pesawat hanyalah berupa tanah yang diratakan dan diperkeras.

Kondisi tersebut tentunya akan selalu menimbulkan masalah jika turun hujan karena tanahnya akan lembek dan licin sehingga berisiko pesawat akan tergelincir dari lintasan. Hal ini kemudian juga menjadi kendala saat lapangan terbang tersebut akan diresmikan pada 13 Februari 1922.

Padahal, rencananya peresmian Lapangan Terbang Cikembar tersebut akan dilakukan dengan pendaratan beberapa pesawat yang terbang dari Bandung.

Ketika itu, masyarakat berbondong-bondong datang hendak menyaksikan pendaratan pesawat. Begitupun dengan Wedana Cikembar Mas Djajadisastra, sudah siap meresmikan dan turut menyaksikan kedatangan pesawat dari Sukamiskin (Bandung) yang baru diresmikan setahun sebelumnya. Sayangnya, akibat hujan deras yang disertai petir, penerbangan tersebut pun akhirnya dibatalkan.

Pengelolaan Lapangan Terbang Cikembar berada langsung di bawah Komando Angkatan Udara Hindia Belanda (Militaire Luchtvaart van het Koninklijk Nederlands-Indisch Leger, ML-KNIL) dengan kode Reconaissance Verkenningsafdeling 1 (VKA1) Gest. – Verkenningsafdeling 1 (VkA-1).

Menurut catatan, di Lapangan Terbang Cikembar pernah terjadi beberapa kali kecelakaan pesawat, baik ringan maupun serius. 12 Oktober 1927, pesawat yang diterbangkan Letnan Pilot Pertama C. Terluin dari Wijnkoopsbaai mengalami kendala teknis, sehingga diperintahkan Departemen Penerbangan di Bandung untuk mencari lokasi pendaratan darurat di Cikembar.

Baca Juga: Protes Susi Pudjiastuti Soal Bandara Sukabumi: Pangandaran is Closer to Christmas Island

Sayangnya, sang pilot tidak mengenali kondisi landasan yang kurang rata. Pesawat pun tergelincir dan terbalik saat mendarat, mengakibatkan beberapa bagian mesin pesawat hancur. Akibat kejadian tersebut, tangan kiri Terluin terluka dan robek di pipi kanan karena terbentur ke dashboard pesawat.

15 Januari 1930, terjadi lagi kecelakaan pesawat saat sebuah Fokker C34 yang datang dari arah Palabuhanratu, dikemudikan Letnan J.J. Zomer mendarat darurat di Cikembar karena mengalami kerusakan mesin. Sehari kemudian, 16 Januari 1930, pesawat bantuan Fokker C433 dari Bandung dipiloti Letnan De Roller dan rekannya, mekanik mesin Letnan Waarts, dikirim ke Cikembar.

Nahas, pesawat bantuan Fokker C433 malah menabrak tanah saat pendaratan. Walaupun pilot dan rekannya selamat, namun tak ayal pesawat tersebut mengalami kerusakan sangat serius.

Dua tahun kemudian, 24 Mei 1932, juga terjadi kecelakaan pesawat di Lapangan Terbang Cikembar, ketika pesawat yang dipiloti Mr. Cranenburg dengan kode penerbangan FC.VE.441 mendarat darurat di Cikembar. Namun sayangnya, pesawat gagal landing dan justru meluncur ke samping runway.

Baca Juga: Kabar Terbaru Bandara Sukabumi, Jawa Barat Akan Punya International Airport Baru Rp36 Triliun

Baca Juga :  Membanding jumlah Pencari Kerja di Kabupaten Sukabumi 5 tahun terakhir, didominasi wanita

Menjadi markas AU Sekutu di Asia Tenggara dan saksi kehancurannya

Namun sayangnya, pengkajian untuk keperluan penerbangan sipil harus dihentikan akibat pecah perang Pasifik, Lapangan Terbang Cikembar pun langsung difungsikan sebagai dukungan tempur udara. 12 pesawat jenis Curtis CW 22 dan 1 pesawat Fokker CX langsung ditempatkan untuk menghadang pasukan Jepang, di bawah komando Letnan KNIL Ports.

7 Desember 1941, ML-KNIL meminta tambahan 23 Falcons untuk pertempuran udara, kemudian 12 dari pesawat tersebut pun ditempakan di VKA-1 (Reconnaissance Squadron 1) Cikembar.

Dari Cikembar, beberapa pesawat diterbangkan untuk menghadang pesawat Jepang yang datang dari arah utara. Namun, kepiawaian pilot-pilot Jepang menyebabkan kekalahan pesawat-pesawat Belanda, bahkan pesawat Jepang terus mengejar hingga memasuki wilayah Sukabumi.

Pada 16 Januari 1941, sebuah pesawat Falcon Belanda ditembak jatuh oleh pesawat Jepang di atas udara Cikembar dan menewaskan dua pilotnya, Sotebeer dan Kern. Pesawat-pesawat Belanda benar-benar dibuat kocar kacir, dihajar pesawat-peswat Jepang yang berani melakukan kamikaze (bunuh diri). Angkatan Udara Sekutu yang sudah terdesak, mencari tempat yang relatif aman untuk dijadikan markas.

Sejak 14 Februari 1942, Paul Maltby, Komandan RAF di Jawa membawa tim intinya ke Sukabumi, dan membuat markas Angkatan Udara Sekutu se-Asia Tenggara di Lapangan Terbang Cikembar. Dia membangun kembali angkatan udara yang sudah babak belur, dan membangun pertahanan udara dengan segelintir pesawat usang.

Sesudah beberapa minggu di Cikembar, Paul kemudian mengambilalih Lapangan Terbang Andir pada 23 Februari 1942, dan berencana mengalihkan markas komando ke Bandung.

Akibat kepanikan di Bandung, pada 1 hingga 8 Maret 1942, satu skuadron RAF (Skuadron 36 TB) terdiri dari lima pesawat Vildebeested yang empat diantaranya harus diperbaiki, kembali pindah ke Cikembar. Skuadron tersebut dipimpin Captain Nichollets dan memimpin grupnya untuk bertempur melawan pesawat Jepang dari Cikembar (Grehan, Mace: 2015).

Beberapa pesawat dari Cikembar yaitu Curtiss-Wright 22, perangkat Falcon yang diterbangkan Rudy Cate, ditugaskan melakukan pengintaian dari Cikembar. Satu unit pesawat pengintai diterbangkan pada pagi hari, 3 Maret 1942, oleh Sersan Kite R. Cate, dengan mesin-penembak Sersan mekanik CW Bilderbeek.

Malangnya, pesawat tersebut rusak dihajar meriam Jepang di Batavia. Pesawat tertembak di bagian ekor dan harus melakukan pendaratan darurat di Lapangan Terbang Kemayoran, sekitar pukul 11.00 WIB. Cate kemudian dilarikan ambulan ke rumah sakit militer di Batavia, sementara Bilderbeek dijemput pada pukul 16.00 WIB dengan pesawat CW-22 lainnya dari Cikembar.

Sementara itu, 5 Maret 1942, pasukan darat Jepang sudah mulai merangsek memasuki Cibadak untuk menunggu situasi. Beberapa pesawat dari Cikembar yang masih bisa terbang, membawa serta beberapa pasukan ke Bandung. Sehari kemudian, 6 Maret 1942, pesawat-pesawat Jepang mulai membumihanguskan Kota Sukabumi selama beberapa jam. Hingga pada keesokan harinya, pasukan darat Jepang menguasai satu persatu wilayah Sukabumi, termasuk Lapangan Terbang Cikembar.


Dilarang republikasi artikel kategori Headline dan Rubrik Headline tanpa seizin Redaksi sukabumiheadline.com

Artikel ini disarikan dari media jaringan sukabumiheadline.com dengan judul asli: Dibangun 1922, dari Bandara Cikembar pasukan Jepang menguasai Sukabumi

Bandara_Cikembar
Kesibukan di Bandara Cikembar 1922 – sukabumixyz.com

Berita Terkait

Hari ini, 111 tahun silam Kota Sukabumi didirikan untuk tempat tinggal warga Belanda
Nirkabel! Tak lama lagi Palabuhanratu dan Cikole Sukabumi bebas kabel listrik dan telepon
Sejarah, tugas dan daftar Jaksa Agung RI dari masa ke masa, pertama tokoh antikorupsi asal Sukabumi
Penduduk miskin Kota Sukabumi naik, ranking berapa se-Jawa Barat?
Bak kamar mayat, angka kematian di Kota Sukabumi 3 kali lipat dari kelahiran
Sukabumi berapa? Ini jumlah penduduk kota dan kabupaten se-Jawa Barat 2021-2025
Sepatu hingga sabut kelapa, nilai dan negara tujuan ekspor 16 komoditi non migas Sukabumi
Ratusan kilometer rusak, menghitung panjang dan kondisi jalan di Sukabumi

Berita Terkait

Senin, 31 Maret 2025 - 13:00 WIB

Nirkabel! Tak lama lagi Palabuhanratu dan Cikole Sukabumi bebas kabel listrik dan telepon

Minggu, 30 Maret 2025 - 10:00 WIB

Sejarah, tugas dan daftar Jaksa Agung RI dari masa ke masa, pertama tokoh antikorupsi asal Sukabumi

Sabtu, 29 Maret 2025 - 01:01 WIB

Penduduk miskin Kota Sukabumi naik, ranking berapa se-Jawa Barat?

Jumat, 28 Maret 2025 - 02:50 WIB

Bak kamar mayat, angka kematian di Kota Sukabumi 3 kali lipat dari kelahiran

Kamis, 27 Maret 2025 - 00:42 WIB

Sukabumi berapa? Ini jumlah penduduk kota dan kabupaten se-Jawa Barat 2021-2025

Berita Terbaru