Wawancara: Kerukunan Beragama di Sukabumi dalam Perspektif Buddhisme

- Redaksi

Kamis, 28 Oktober 2021

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Bhante Bhadra Srijnana (Nyana). l Ade Yosca Baharetha

Bhante Bhadra Srijnana (Nyana). l Ade Yosca Baharetha

sukabumiheadline.com Biksu atau dalam bahasa Sanskerta disebut Bhikṣu, atau bhikku dalam mazhab Theravada yang dieja dengan bahasa Pali atau bhikkhu biksuni atau bhikkhuni untuk wanita, merupakan kata terapan yang diberikan kepada seseorang yang telah ditahbiskan dalam lingkungan biara Buddhist. Sehingga, kata ini sering dirujukkan sebagai rohaniawan dalam agama Buddha.

Biksu merupakan rohaniawan Buddhist untuk mazhab Mahayana yang berkembang di Tiongkok, Jepang, Korea, dan Vietnam. Sedangkan Bhikkhu digunakan untuk rohaniawan Buddhist mazhab Theravada yang kini tersebar di Thailand, Sri Lanka, Myanmar, Kamboja, dan Vietnam.

Dalam umat Buddha ada golongan orang suci yang telah dwijati yaitu orang suci yang melakukan penyucian diri tahap lanjut atau madiksa, atau sering disebut Pandita. Orang yang telah melaksanakan proses madiksa disebut orang yang lahir dua kali. Kelahiran yang pertama dari kandungan ibu, sedangkan kelahiran kedua dari kaki seorang guru rohani (Dang Acarya) atau Nabe.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Setelah melakukan proses madiksa, orang suci tersebut diberi gelar Sulinggih atau Pandita. Kata Pandita berasal dari bahasa Sansekerta yaitu Pandit yang artinya terpelajar, pintar, dan bijaksana. Sedangkan orang suci yang tergolong Dwi Jati adalah orang yang bijaksana.

Secara praktik, umat Buddha di Indonesia membedakan antara Biksu dengan Bhikkhu karena perbedaan mazhab yang mereka anut. Sapaan lain yang lebih akrab adalah Bhante.

Ahad (24/10/2021), sukabumiheadline.com berkesempatan mewawancarai Bhante Bhadra Srijnana yang didampingi Pandita Upasikha Bodhi Sukharini Budiyem di Vihara Widhi Sakti Jl. Pajagalan No.20, Nyomplong, Kecamatan Warudoyong, Kota Sukabumi.

Bhante Bhadra Srijnana (Nyana) didatangkan oleh Pengurus Kelenteng dari Vihara Sakyawanaram, Jalan Lembah Cipandawa, Desa Sukatani, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur dan seorang Pandita Upasikha Bodhi Sukharini Budiyem yang memang bertugas di Vihara Widhi Sakti untuk memimpin acara Kebaktian Kathina pada Minggu malam.

Pandita Upasikha Bodhi Sukharini Budiyem
Pandita Upasikha Bodhi Sukharini Budiyem

Berikut petikan wawancaranya:

—————–

Bisa dijelaskan mengenai arti dari Kebaktian Kathina dan materi apa saja yang disampaikan dalam kebaktian tersebut?

Bhante: Kathina merupakan salah satu hari besar atau Hari Raya dalam Agama Buddha. Sedangkan, Kathiana merupakan kebaktian yang dilakukan umat Buddha setiap satu tahun sekali, tepatnya dilaksanakan pada bulan Oktober, pada Kebaktian Kathina ini para Bhikkhu telah melakukan masa vassa. Jadi, umat Buddha melaksanakan Hari Raya Khatina sebagai wujud terimakasih atau rasa bakti kepada Sangha (persaudaraan para Bhikkhu) yang telah melaksanakan puasa.

Baca Juga :  Tragis, Aris asal Sukabumi mengambang di sungai, alat kelamin hilang

Dalam rangkaian Kathina, ada Buddha Bakti atau lebih dikenal dengan sembahyang, dan Dhammadesana atau penyampaian Khotbah Dhamma oleh Bhikkhu Sangha.

Kebaktian Kathina Puja, berbeda dengan Sanghadana yang dilakukan para Buddha dan bhikkhu yang tidak melakukan vassa di tempat tersebut. Sedangkan Kathina Puja di mana para bhikkhu melakukan masa vassa minimal lima orang, maka bisa disebut Kathina Puja.

Penjelasan tadi merupakan rangkaian Kathina Dana atau istilahnya memberikan kebutuhan kepada sangha. Kebutuhan tersebut ada empat yang pokok, yaitu jubah, makanan, obat obatan, tempat tinggal atau kuti untuk para bhikkhu.

Kebaktian Kathina
Kebaktian Kathina – sukabumiheadline.com

Bagaimana dengan pengertian ritual Puja Bhakti Avalokitesvara?

Pandita: Ritual ini merupakan lahirnya Kwan Im Sejit atau dengan kata lain perayaan ulang tahun Kwan Im yang dirayakan setahun tiga kali, pertama perayaan lahirnya Kwan Im, kedua perayaan mencapai kesempurnaan, dan ketiga perayaan wafatnya Kwan Im Sejit. Untuk yang sekarang dirayakan, adalah wafatnya Avalokitesvara atau Dewi Kwan Im.

Kembali ke Bhante Bhadra Srijnana, bagaimana dengan keseharian seorang bhante, bisa dijelaskan seperti apa?

Keseharian kita tentunya berbeda dengan umat Buddha biasa, para bhikku tentunya lebih sering melakukan ritual seperti melakukan puja bhakti setiap pagi dan sore, meditasi, kepembinaan, dan mengabdi serta melayani umat.

Melayani umat di sini adalah para bhikku melayani sesuai aturan yang ada di dalam ke-bhikku-an, contohnya dalam agama Islam seperti pergi berkhotbah, ceramah, pergi berdakwah tentu hal itu yang menjadi keseharian para bhikku menyampaikan dharma atau ajaran sang Buddha.

Selain itu, bhikku juga tidak memakan makanan yang berasal dari makhluk bernyawa dan tidak menikah.

Baca Juga :  Sani asal Cicurug Sukabumi Jebol Gawang Bali United, Bhayangkara FC Puncaki Klasemen Grup C

Untuk ibu Pandita, kalau boleh dijelaskan mengenai jumlah umat Buddha yang dibina dan berapa jumlah total pemeluk Buddha di Sukabumi?

Kalau di Vihara Widhi Sakti kurang lebih ada 500 jemaat yang dibina, tetapi untuk jemaat yang sangat aktif kurang lebih 300, dan untuk simpatisan bisa mencapai 1.000 jemaat.

Banyak kasus pernikahan berbeda keyakinan, bagaimana pendapat Bhante dan Pandita tentang perpindahan agama dengan alasan pernikahan atau keyakinan?

Pandita: Keyakinan beragama itu satu hal yang tidak bisa dipaksakan, kembali lagi kepada keyakinan masing-masing bukan berarti umat Buddha yang memaksa si orang itu harus masuk ke agama kita, begitupun sebaliknya.

Bhante: Sebetulnya orang berpindah agama itu banyak faktornya. Pertama, keyakinan sendiri, contoh kalau ada yang mau masuk agama Buddha bukan berarti langsung diterima tetapi harus ada keterangan tertentu contohnya karena niat sendiri atau ada faktor lain (seperti pernikahan-red) supaya tidak menimbulkan masalah di kemudian hari.

Bagaimana ajaran Buddha mengatur tentang kehidupan dalam bermasyarakat, dalam konteks menjalin kebersamaan dalam lingkungan masyarakat yang mayoritas beragama Islam?

Agama Buddha tentu mengatur tentang kehidupan sehari-hari. Terdapat aturan moralitas untuk membimbing kita ke arah yang lebih baik. Kelima aturan mengenai moralitas tersebut, adalah pertama, tidak boleh membunuh. Kedua, tidak mencuri, dan ketiga, tidak berzina.

Sedangkan yang keempat, tidak boleh berdusta, dan kelima, tidak meminum minuman keras.

Bagaimana tentang kerukunan antar umat beragama dan toleransi dalam pandangan agama Buddha?

Untuk membina kerukunan hidup dalam bermasyarakat, Sang Buddha menganjurkan enam Dharma yang bertujuan agar kita saling mengingatkan, saling mencintai, saling menghormati, saling menolong, saling menghindari percekcokan, yang tentunya akan menunjang kerukunan dan persatuan dan kesatuan.

Keenam Dharma itu, adalah pertama, memancarkan cinta kasih atau metta dalam perbuatan kita sehari-hari. Kedua, menggunakan cinta kasih dalam setiap ucapan berbicara dengan etiket baik, tidak menyebarkan isu, gossip dan fitnah. Ketiga, selalu mengarahkan pikiran kepada kebajikan.

Kemudian yang keempat, menerima buah karma yang baik, kebahagiaan dan berusaha tidak serakah. Kelima, melaksanakan moral atau sila, etika dengan sungguh-sungguh dalam pergaulan bermasyarakat. Dan keenam, memiliki pandangan sama yang bersifat membebaskan diri.

Berita Terkait

Gen Z ungkap 5 alasan Pemilihan Bupati dan Wali Kota Sukabumi 2024 tidak penting
Kebun Balcon Sukabumi, Nursery Garden yang Berawal dari Hobi Kemudian Cuan
Pemuda Lengkong Sukabumi di Piala Dunia Amputasi 2022, Piat Supriatna from Zero to Hero
5 Fakta Fabyan “Langlang” Lesmana, Artis Sinetron asal Benda Cicurug Sukabumi
Mojang Kameumeut 2018, Selebgram Bicara Bagaimana Seharusnya Wanita Sukabumi
Kembar Yatim Pendiri Trimatra Studio Parakansalak Sukabumi Digandeng Publisher Prancis
Antara Kerukunan Umat Beragama di Sukabumi dan Menyikapi Ahmadiyah

Berita Terkait

Kamis, 8 Agustus 2024 - 00:01 WIB

Gen Z ungkap 5 alasan Pemilihan Bupati dan Wali Kota Sukabumi 2024 tidak penting

Rabu, 19 Oktober 2022 - 00:05 WIB

Kebun Balcon Sukabumi, Nursery Garden yang Berawal dari Hobi Kemudian Cuan

Minggu, 25 September 2022 - 23:01 WIB

Pemuda Lengkong Sukabumi di Piala Dunia Amputasi 2022, Piat Supriatna from Zero to Hero

Selasa, 17 Mei 2022 - 00:34 WIB

5 Fakta Fabyan “Langlang” Lesmana, Artis Sinetron asal Benda Cicurug Sukabumi

Selasa, 25 Januari 2022 - 01:12 WIB

Mojang Kameumeut 2018, Selebgram Bicara Bagaimana Seharusnya Wanita Sukabumi

Berita Terbaru