28.6 C
Sukabumi
Kamis, April 25, 2024

Yamaha Zuma 125 meluncur, intip harga dan penampakan detail motor matic trail

sukabumiheadline.com - Yamaha resmi memperkenalkan Zuma 125...

PDIP memohon ke Prabowo bantu selamatkan PPP agar lolos ke Senayan

sukabumiheadline.com - Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP)...

Wawancara: Kerukunan Beragama di Sukabumi dalam Perspektif Buddhisme

WawancaraWawancara: Kerukunan Beragama di Sukabumi dalam Perspektif Buddhisme

SUKABUMIHEADLINES.com Biksu atau dalam bahasa Sanskerta disebut Bhikṣu, atau bhikku dalam mazhab Theravada yang dieja dengan bahasa Pali atau bhikkhu biksuni atau bhikkhuni untuk wanita, merupakan kata terapan yang diberikan kepada seseorang yang telah ditahbiskan dalam lingkungan biara Buddhist. Sehingga, kata ini sering dirujukkan sebagai rohaniawan dalam agama Buddha.

Biksu merupakan rohaniawan Buddhist untuk mazhab Mahayana yang berkembang di Tiongkok, Jepang, Korea, dan Vietnam. Sedangkan Bhikkhu digunakan untuk rohaniawan Buddhist mazhab Theravada yang kini tersebar di Thailand, Sri Lanka, Myanmar, Kamboja, dan Vietnam.

Dalam umat Buddha ada golongan orang suci yang telah dwijati yaitu orang suci yang melakukan penyucian diri tahap lanjut atau madiksa, atau sering disebut Pandita. Orang yang telah melaksanakan proses madiksa disebut orang yang lahir dua kali. Kelahiran yang pertama dari kandungan ibu, sedangkan kelahiran kedua dari kaki seorang guru rohani (Dang Acarya) atau Nabe.

Setelah melakukan proses madiksa, orang suci tersebut diberi gelar Sulinggih atau Pandita. Kata Pandita berasal dari bahasa Sansekerta yaitu Pandit yang artinya terpelajar, pintar, dan bijaksana. Sedangkan orang suci yang tergolong Dwi Jati adalah orang yang bijaksana.

Secara praktik, umat Buddha di Indonesia membedakan antara Biksu dengan Bhikkhu karena perbedaan mazhab yang mereka anut. Sapaan lain yang lebih akrab adalah Bhante.

Ahad (24/10/2021), Ade Yosca Baharetha dari sukabumiheadlines.com berkesempatan mewawancarai Bhante Bhadra Srijnana yang didampingi Pandita Upasikha Bodhi Sukharini Budiyem di Vihara Widhi Sakti Jl. Pajagalan No.20, Nyomplong, Kecamatan Warudoyong, Kota Sukabumi.

Bhante Bhadra Srijnana (Nyana) didatangkan oleh Pengurus Kelenteng dari Vihara Sakyawanaram, Jalan Lembah Cipandawa, Desa Sukatani, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur dan seorang Pandita Upasikha Bodhi Sukharini Budiyem yang memang bertugas di Vihara Widhi Sakti untuk memimpin acara Kebaktian Kathina pada Minggu malam.

Pandita Upasikha Bodhi Sukharini Budiyem
Pandita Upasikha Bodhi Sukharini Budiyem. l Ade Yosca Baharetha

Berikut petikan wawancaranya:

—————–

Bisa dijelaskan mengenai arti dari Kebaktian Kathina dan materi apa saja yang disampaikan dalam kebaktian tersebut?

Bhante: Kathina merupakan salah satu hari besar atau Hari Raya dalam Agama Buddha. Sedangkan, Kathiana merupakan kebaktian yang dilakukan umat Buddha setiap satu tahun sekali, tepatnya dilaksanakan pada bulan Oktober, pada Kebaktian Kathina ini para Bhikkhu telah melakukan masa vassa. Jadi, umat Buddha melaksanakan Hari Raya Khatina sebagai wujud terimakasih atau rasa bakti kepada Sangha (persaudaraan para Bhikkhu) yang telah melaksanakan puasa.

Dalam rangkaian Kathina, ada Buddha Bakti atau lebih dikenal dengan sembahyang, dan Dhammadesana atau penyampaian Khotbah Dhamma oleh Bhikkhu Sangha.

Kebaktian Kathina Puja, berbeda dengan Sanghadana yang dilakukan para Buddha dan bhikkhu yang tidak melakukan vassa di tempat tersebut. Sedangkan Kathina Puja di mana para bhikkhu melakukan masa vassa minimal lima orang, maka bisa disebut Kathina Puja.

Penjelasan tadi merupakan rangkaian Kathina Dana atau istilahnya memberikan kebutuhan kepada sangha. Kebutuhan tersebut ada empat yang pokok, yaitu jubah, makanan, obat obatan, tempat tinggal atau kuti untuk para bhikkhu.

Kebaktian Kathina. l Ade Yosca Baharetha

Bagaimana dengan pengertian ritual Puja Bhakti Avalokitesvara?

Pandita: Ritual ini merupakan lahirnya Kwan Im Sejit atau dengan kata lain perayaan ulang tahun Kwan Im yang dirayakan setahun tiga kali, pertama perayaan lahirnya Kwan Im, kedua perayaan mencapai kesempurnaan, dan ketiga perayaan wafatnya Kwan Im Sejit. Untuk yang sekarang dirayakan, adalah wafatnya Avalokitesvara atau Dewi Kwan Im.

Kembali ke Bhante Bhadra Srijnana, bagaimana dengan keseharian seorang bhante, bisa dijelaskan seperti apa?

Keseharian kita tentunya berbeda dengan umat Buddha biasa, para bhikku tentunya lebih sering melakukan ritual seperti melakukan puja bhakti setiap pagi dan sore, meditasi, kepembinaan, dan mengabdi serta melayani umat.

Melayani umat di sini adalah para bhikku melayani sesuai aturan yang ada di dalam ke-bhikku-an, contohnya dalam agama Islam seperti pergi berkhotbah, ceramah, pergi berdakwah tentu hal itu yang menjadi keseharian para bhikku menyampaikan dharma atau ajaran sang Buddha.

Selain itu, bhikku juga tidak memakan makanan yang berasal dari makhluk bernyawa dan tidak menikah.

Untuk ibu Pandita, kalau boleh dijelaskan mengenai jumlah umat Buddha yang dibina dan berapa jumlah total pemeluk Buddha di Sukabumi?

Kalau di Vihara Widhi Sakti kurang lebih ada 500 jemaat yang dibina, tetapi untuk jemaat yang sangat aktif kurang lebih 300, dan untuk simpatisan bisa mencapai 1.000 jemaat.

Banyak kasus pernikahan berbeda keyakinan, bagaimana pendapat Bhante dan Pandita tentang perpindahan agama dengan alasan pernikahan atau keyakinan?

Pandita: Keyakinan beragama itu satu hal yang tidak bisa dipaksakan, kembali lagi kepada keyakinan masing-masing bukan berarti umat Buddha yang memaksa si orang itu harus masuk ke agama kita, begitupun sebaliknya.

Bhante: Sebetulnya orang berpindah agama itu banyak faktornya. Pertama, keyakinan sendiri, contoh kalau ada yang mau masuk agama Buddha bukan berarti langsung diterima tetapi harus ada keterangan tertentu contohnya karena niat sendiri atau ada faktor lain (seperti pernikahan-red) supaya tidak menimbulkan masalah di kemudian hari.

Bagaimana ajaran Buddha mengatur tentang kehidupan dalam bermasyarakat, dalam konteks menjalin kebersamaan dalam lingkungan masyarakat yang mayoritas beragama Islam?

Agama Buddha tentu mengatur tentang kehidupan sehari-hari. Terdapat aturan moralitas untuk membimbing kita ke arah yang lebih baik. Kelima aturan mengenai moralitas tersebut, adalah pertama, tidak boleh membunuh. Kedua, tidak mencuri, dan ketiga, tidak berzina.

Sedangkan yang keempat, tidak boleh berdusta, dan kelima, tidak meminum minuman keras.

Bagaimana tentang kerukunan antar umat beragama dan toleransi dalam pandangan agama Buddha?

Untuk membina kerukunan hidup dalam bermasyarakat, Sang Buddha menganjurkan enam Dharma yang bertujuan agar kita saling mengingatkan, saling mencintai, saling menghormati, saling menolong, saling menghindari percekcokan, yang tentunya akan menunjang kerukunan dan persatuan dan kesatuan.

Keenam Dharma itu, adalah pertama, memancarkan cinta kasih atau metta dalam perbuatan kita sehari-hari. Kedua, menggunakan cinta kasih dalam setiap ucapan berbicara dengan etiket baik, tidak menyebarkan isu, gossip dan fitnah. Ketiga, selalu mengarahkan pikiran kepada kebajikan.

Kemudian yang keempat, menerima buah karma yang baik, kebahagiaan dan berusaha tidak serakah. Kelima, melaksanakan moral atau sila, etika dengan sungguh-sungguh dalam pergaulan
bermasyarakat. Dan keenam, memiliki pandangan sama yang bersifat membebaskan diri.

Konten Lainnya

Content TAGS

Konten Populer