sukabumiheadline.com – Program Abdi Nagri Nganjang ka Warga edisi ke-18 dari Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi pada Sabtu (2/8/2025) yang digelar di Lapang Sepak Bola Patuguran, Kelurahan/Kecamatan Palabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi, mendapat kritikan pedas dari salah seorang warga Parungkuda.
Firmansyah, warga Desa Sundawenang, mempertanyakan alasan program tersebut selalu digelar di lokasi dengan kondisi infrastruktur relatif baik. Ia juga mempertanyakan, kenapa warga yang harus menyambangi tempat pelayanan, bukan sebaliknya.
“Seperti diketahui, program besutan KDM untuk mendekatkan layanan publik ini kenapa justru dipusatkan di Palabuhan Ratu, ibu kota Kabupaten? Bukankah seharusnya ‘nganjang‘ berarti pelayan publik yang harus mendatangi warga, bukan justru warga yang datang ke tempat layanan?” tanya Firmansyah melalui pesan WhatsApp kepada sukabumiheadline.com, Jumat (1/8/2025) malam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Kalau alasannya adalah Palabuhan Ratu punya infrastruktur lengkap, justru inilah masalahnya. Jika semua layanan sudah ada di sana, mengapa program ini tidak berpindah ke daerah yang justru infrastrukturnya masih tertinggal?” lanjut dia.
Kecenderungan seperti ini, kata Firmansyah, menunjukkan prioritas pada visibilitas acara, bukan pemerataan layanan.
“Sorotan kamera di Palabuhan Ratu atau spanduk besar di alun-alun kota memang menarik perhatian, tapi tak menjawab kebutuhan warga di pelosok kampung-kampung,” kata Firmansyah.
Ia berharap, jika program Abdi Nagri Nganjang ka Warga yang digelar pukul 19.00 WIB itu bertujuan untuk mendekatkan layanan, maka lokasi pelaksanaan harus dialihkan ke kecamatan lain atau pengiriman armada layanan keliling adalah pilihan yang lebih adil dan sesuai dengan semangat nganjang.
“Tanpa itu, Abdi Nagri Nganjang ka Warga hanya akan jadi acara seremonial, janji ‘dekat’ itu masih terasa seperti bayangan di kejauhan. Terlihat, tak bisa dijangkau,” pungkasnya.