21.4 C
Sukabumi
Senin, Juli 8, 2024

Arkis Angklung di Kota Sukabumi, Antara Kebutuhan dan Melestarikan Budaya

sukabumiheadline.com - Begitu banyak hal menarik dan unik...

Harga Rp1 jutaan, Tecno Pova Neo 3 spek gaming dengan baterai 7000mAh dan RAM gede

sukabumiheadline.com - Pernah kesal saat bermain game...

Gamis Adidas untuk pesepakbola meluncur, cek foto-fotonya sebelum membeli

sukabumiheadline.com - Brand olahraga ternama asal Jerman,...

Masa muda dan silsilah keluarga ulama asal Sukabumi keturunan menak Sunda, KH Dadun Abdulqohhar

KhazanahMasa muda dan silsilah keluarga ulama asal Sukabumi keturunan menak Sunda, KH Dadun Abdulqohhar

sukabumiheadline.com – Bagi warga Kecamatan Cibadak, Nagrak, Cicantayan, Parungkuda, Cikidang, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, dan sekitarnya, tentunya sudah tidak asing dengan sosok KH Dadun Abdulqohhar.

Seorang ulama kharismatik yang dikenal lugas dalam menyampaikan materi ceramahnya. Karenanya, di era 1990 hingga 2000an, sosok pria yang populer dipanggil Ajengan Dadun itu disukai banyak kalangan.

Penulis sendiri sering menyempatkan diri untuk Shalat Jumat di Masjid Ad-Da’wah hanya untuk mendengarkan materi khutbah Jumat-nya yang isinya, meminjam istilah anak muda sekarang, “daging semua”.

Berikut adalah catatan masa muda Ajengan Dadun dikutip sukabumiheadline.com dari berbagai sumber.

Baca Juga:

Silsilah keluarga KH Dadun Abdulqohhar, keturunan menak Sunda

Ajengan Dadun adalah putra kelima dari 9 bersaudara buah cinta pernikahan ulama asal Sukabumi, KH Abdurrahim dengan istri keduanya, Siti Zaenab. Sementara, 8 saudara lainnya masing-masing bernama Acun Mansyur, Damanhuri, Siti Muznah, Anfasiah, Muhammad Maturidi, Bidin Saefudin, Ammatul Jabbar dan Abdul Malik.

Ajengan Dadun memiliki saudara tiri buah pernikahan KH Abdurrahim dengan istri pertamanya yang bernama Empok. Dari pernikahan tersebut lahir Iting, Abdullah, Ahmad Sanusi, Endah, Ulan, Soleh, Hanafi dan Nahrowi.

Untuk informasi, Ahmad Sanusi sendiri kemudian ditetapkan oleh pemerintah menjadi Pahlawan Nasional. Baca lengkap: Keturunan Rasulullah SAW, 5 Fakta KH Ahmad Sanusi Pahlawan Nasional asal Sukabumi

KH Abdurrahim sendiri merupakan seorang ulama yang cukup terkemuka di Sukabumi pada saat itu karena beliau merupakan pendiri Pondok Pesantren (Ponpes) Cantayan yang merupakan salah satu ponpes tertua di Sukabumi. Karena pesantren ini pula, KH Abdurrahim kemudian dijuluki Ajengan Cantayan.

Mengutip dari buku Riwayat Perjuangan KH Ahmad Sanusi, berdasarkan cerita lisan di lingkungan keluarga dan masyarakat sekitarnya, KH Abdurrahim berasal dari Sukapura (Tasikmalaya). H. Yasin, ayah dari KH. Abdurrahim disebut memiliki hubungan kekeluargaan dengan Raden Anggadipa.

Ketika memegang jabatan sebagai Bupati Sukapura, Raden Anggadipa dikenal dengan nama Raden Tumenggung Wiradadaha III. Ia dikenal juga dengan panggilan Dalem Sawidak karena memiliki anak sekitar enam puluh orang.

Diberitakan majalah Ad-Dzurriyyat bahwa H Yasin merupakan keturunan Syekh Abdul Muhyi, penyebar agama Islam di daerah Tasikmalaya Selatan yang berpusat di Pamijahan.

Baca Juga: 5 Fakta Cicantayan Sukabumi, dari Jalan Rusak 25 Tahun hingga Tempat Lahir Pahlawan Nasional

Keturunan dari Syeikh Abdul Muhyi pun
kemudian menyebar ke berbagai wilayah di
Jawa Barat untuk meneruskan perjuangan
dakwah Islam yang telah dilakukan oleh para pendahulunya.

Salah satu dari mereka adalah H Yasin, diceritakan kemudian mengembara ke Sukabumi serta memutuskan untuk menetap di daerah yang sekarang bernama Cacantayan.

Selama pengembaraannya, H Yasin ditemani istrinya yang bernama Naisari. Dari pernikahannya itu, H Yasin memiliki sepuluh orang putra bernama Abdurrahim, putra keenam dari 10 bersaudara.

Berita Terkait:

Masa muda Ajengan Dadun

Ajengan Dadun lahir pada masa penjajahan Belanda, tepatnya di Desa Cantayan, Kabupaten Sukabumi pada 23 September 1923 atau bertepatan dengan 5 Syawal 1341 H.

Baca Juga: Dari Sukabumi Mohammad Hatta dan Sutan Sjahrir Prediksi Kehancuran Hindia Belanda

Ia kemudian menghabiskan masa kecil bersama saudara-saudaranya dengan belajar ilmu agama dan AlQuran di bawah bimbingan kedua orang tuanya. Sebagai anak ulama, sejak kecil Ajengan Dadun dan saudara-saudaranya dididik dalam lingkungan religius.

Ajengan Dadun memulai masa pendidikan sejak umur enam tahun. Di usia itu, ia belajar ilmu agama di Ponpes Cantayan asuhan KH Abdurrahim. Setelah dirasa cukup mendapatkan dasar-dasar ilmu agama dari orang tuanya, Ajengan Dadun lantas melanjutkan proses belajar dengan berguru kepada selain ayahnya.

Baca Juga: Diabadikan Jadi Nama RS di Kota Sukabumi, Pemikiran dan Perjalanan Hidup R. Syamsudin

Sejumlah ulama yang pernah menjadi guru beliau di antaranya adalah Ajengan Uci atau yang biasa dipanggil Muallim Uci, pendiri pesantren Nurul Huda, Cikaroya, Kecamatan Cisaat. Muallim Uci sendiri merupakan murid dari kakek Ajengan Dadun (H Yasin).

Selain kepada Muallim Uci, Ajengan Dadun juga berguru kepada beberapa ulama yang hampir semuanya merupakan kakaknya sendiri, antara lain Kyai Ahmad Nahrowi, KH Acun Mansur, Kyai Ahmad Damanhuri.

Selain berguru kepada mereka, Ajengan
Dadun juga belajar kepada KH Ahmad Sanusi yang merupakan kakak tirinya, dari tahun 1938 hingga 1940 di Madrasah Syamsul ‘Ulum, Gunungpuyuh, Kota Sukabumi.

Baca Juga:

Ajengan Dadun juga tidak pernah pergi ke Timur Tengah untuk memperluas wawasan dan memperdalam pengetahuan seperti layaknya kebiasaan ulama ternama lainnya. Hal itu bukan karena aktivitas dakwahnya yang sangat padat.

Diketahui, sejak usia 11 tahun, Ajengan Dadun sudah menerima banyak permintaan untuk ceramah, pengajian dan memberikan pengajaran agama di berbagai daerah.

Faktor lainnya, adalah kepulangan
KH Ahmad Sanusi setelah sekian tahun
belajar dan menetap di Mekah. Diketahui, ulama yang telah dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional tersebut sangat berpengaruh besar dalam pembentukan cara pandang dan keilmuan Ajengan Dadun.

Kedekatan antar anggota keluarga KH Abdurrahim memang tidak sekedar kedekatan emosional, namun juga intelektual. Ajengan Sanusi sering berdiskusi dan berbincang dalam konteks keilmuan dengan saudara-saudaranya termasuk Ajengan Dadun.

Ajengan Dadun sendiri dikenal memiliki kecerdasan di atas rata-rata, sehingga mampu menyerap berbagai pemikiran, keilmuan, dan mengembangkannya, sehingga sangat diayomi dan dibanggakan oleh seluruh keluarganya.

Selain itu, karena ketinggian ilmunya, Ajengan Dadun disebut mampu mengetahui alam pikiran, karakter dan kemampuan seseorang tanpa harus berdialog terlebih dahulu.

Dakwah yang dilakukan Ajengan Dadun tidak terbatas pada kalangan tertentu, tapi menyentuh semua lapisan masyarakat. Dari mulai sesama ajengan, cendekiawan, pejabat pemerintahan, para pendidik, kader dakwah, santri, pedagang, petani, pemuda, pegawai negeri hingga akademisi.

Meskipun tidak pernah mengenyam pendidikan formal, tetapi kecerdasan dan ketekunannya dalam belajar secara otodidak membuatnya jadi sosok yang berwawasan luas, bijaksana serta dikenal sebagai tokoh karismatik dan disegani.

Ajengan Dadun memiliki 19 orang putra-putri dari empat istri yang dinikahinya. Dari istri pertama bernam Ikoh, ia memiliki empat anak, yakni Tati, Syarif Hidayat, Zainal Arifin dan Muhammad AR.

Dari istri keduanya yang bernama Juhairiyah, Ajengan Dadun memiliki 13 anak, yakni Lukman, Yusuf Efendi, Taufikurrahman, Dadang Sholahuddin, Euis Nurhayati, Jauhar, Cecep Luthfi, Nurdin Abdulqohhar, Heni Juhaeni, Ida Farida, Cucu Lidya, Asep Abdulqadir, Ela Nurlaela.

Kemudian dari istri ketiga, Ibu Nana
dikaruniai dua orang anak; Deni Abdulqohhar dan Aliyah. Sementara dari istri keempat, ibu Ai Sofiah tidak dikarunia anak.

Konten Lainnya

Content TAGS

Konten Populer