sukabumiheadline.com – Pelita Octorina, seorang wanita inspiratif asal Sukabumi, Jawa Barat, harus membuat pengorbanan besar dalam hidupnya manakala ia harus meninggalkan kedua anaknya di Tanah Air demi mengejar ilmu dan riset doktoral di Jerman.
Ibu dari empat anak ini berbagi kisahnya ketika ia harus meninggalkan dua anaknya di pondok pesantren (ponpes).
Rekomendasi Redaksi: Mengenal Wanita Sukabumi yang Hari Lahirnya Diperingati oleh Google Doodle
Dikutip sukabumiheadline.com dari Deutsche Welle, Pelita menceritakan bahwa ia membutuhkan waktu panjang untuk akhirnya memutuskan riset doktoral di Jerman berkat beasiswa dengan fokus studi zooplankton di Universitas Konstanz.
Baca Juga:
Keputusan yang tidak mudah bagi Pelita, meskipun merasa berat, karena ia masih memiliki tanggungan sebagai ibu sekaligus istri. Namun di sisi lain, kesempatan serupa belum tentu menghampiri dirinya untuk kedua kali.
Baca Juga:Â
Pelita memiliki keinginan untuk menjadi contoh dalam keluarganya, agar semua anggota keluarga memiliki pendidikan yang baik.
Dengan dukungan dari sang suami untuk melanjutkan studi di Benua Eropa. Dukungan dari suaminya dengan pertimbangan karena untuk mendapatkan beasiswa S3 bukanlah perkara gampang.
Rekomendasi Redaksi: Biodata Aulia Suci Nurfadila, wanita Sukabumi di Timnas Voli Sea Games 2023
Menurut cerita Pelita, sebelumnya ia juga harus mencari beasiswa kursus Bahasa Jerman. Tak hanya itu, ia juga harus menjalani proses yang panjang dan tidak mudah untuk mencari pembimbing riset doktoral dan beasiswa kuliah di Jerman.
“Proses persiapan saya jalani mulai 2010, saat itu saya masih studi pada jenjang S2 di Institut Pertanian Bogor (IPB),” ungkap Pelita.
Baca Juga:
Namun, niatnya untuk kuliah S-3 di Jerman sempat diurungkan karena melahirkan anak ketiga dan keempat. Usai melahirkan anak keempat, sang suami kembali menyemangatinya untuk berusaha mendapat beasiswa luar negeri.
“Sambil mengasuh anak, akhirnya saya bisa melanjutkan studi di Jerman melalui beasiswa yang saya dapatkan tahun 2016,” ujar Pelita.
Baca Juga:
Sempat ingin mundurÂ
Wanita yang menamatkan S1 di Universitas Padjajaran (Unpad), Bandung, itu mengaku sempat ingin mundur ketika menyadari bahwa benefit dari beasiswa yaitu tunjangan keluarga ternyata tidak cukup untuk menutupi kebutuhannya bersama suami dan empat anaknya.
“Namun suami tetap mengingatkan bahwa perjuangan untuk mendapatkan beasiswa tersebut sangat panjang, lama dan berat. Karenanya, mundur bukan merupakan pilihan. Niat kami mencari ilmu, suatu kewajiban dalam agama kami, pasti ada jalan keluar,” Pelita menirukan dukungan suaminya.
Untuk informasi, keempat anak Pelita masih sangat belia untuk ditinggalkan jauh, masing-masing masih duduk di bangku Taman Kanak-kanak, lalu tiga lainnya kelas 1, 4 dan 6 SD.
Baca Juga:
Alasan anak dimasukkan ke pesantren
Sejak mulai menetap dan kuliah di Jerman pada 2017, selama setahun pertama ia mencoba mencari peluang agar bisa membawa keluarganya ke Jerman.
“Uang beasiswa tidak mencukupi, namun saya tetap berusaha, karena saya dari dulu selalu berpendapat bahwa keluarga itu harus besar bersama, tidak boleh bercerai-berai,” kenang dia.
Baca Juga:
Pelita akhirnya harus membuat keputusan untuk hanya berangkat bersama suami dan dua anaknya yang masih duduk di bangku TK dan kelas 1 SD. Sedangkan, dua anak lainnya ia masukkan ke ponpes (boarding school) dan dititipkan kepada orangtuanya.
“Saya dan suami memberikan pengertian bahwa jika mereka ingin bersekolah di Jerman, mereka harus mempersiapkan mental mereka. Di samping itu, mereka juga harus dibekali dengan ilmu agama yang kuat untuk keimanan mereka di masa depan dalam menghadapi tantangan hidup,” kata Pelita.
Rekomendasi Redaksi: Mengenal Lely Koentratih, Wanita Sukabumi yang Jadi Sniper Putri Pertama di Asia
Keputusan tersebut sampai disebut koleganya di kampus sebagai tidak waras. Namun, bagi Pelita, ini adalah keputusan yang terbaik meski sangat berat.
“Berulang kali saya mengatakan pada diri saya sendiri. Saat ini, mereka sedang mempersiapkan diri untuk datang ke Jerman baik dari sisi akademik dan religi,” kata Pelita.
Rekomendasi Redaksi: 5 profesor asal Sukabumi, dari pakar perbankan syariah hingga wanita lulusan Harvard
“Dan itu sangat penting bagi masa depan mereka, dan mereka baik-baik saja di pesantren. Dengan begitu saya seolah menghibur diri sendiri atas situasi saat ini dan tidak menyalahkan diri atas keputusan yang saya ambil,” pungkas dia.