21.6 C
Sukabumi
Senin, Mei 6, 2024

Thrust Defender 125, Motor Matic Maxi Bikin Yamaha XMAX Ketar-ketir, Cek Harganya

sukabumiheadline.com l Thrust Defender 125, diprediksi bakal...

Ternyata Ini Penyebab Ledakan Tabung CNG di Cibadak Sukabumi, Kepsek SD Korban Tewas

sukabumiheadline.com l Peristiwa pilu meledaknya tabung gas...

Smartphone dengan Peforma Mewah, Spesifikasi Xiaomi 13T Dilengkapi Kamera Leica

sukabumiheadline.com - Xiaomi selalu menjadi incaran bagi...

Vhal Rasyid, Ketika Seni Menggeliat di Ruang Sempit Sukabumi

Gaya hidupVhal Rasyid, Ketika Seni Menggeliat di Ruang Sempit Sukabumi

sukabumiheadline.com l Kota dan seni bak dua sisi mata uang yang tak bisa dipisahkan. Terlebih seni, khusunya seni musik membutuhkan ruang untuk mengembangkan identitasnya.

Karenanya, perkembangan suatu kota bisa dilihat dari bagaimana seni di kota berkembang. Pendapat tersebut dikemukakan Rivhal Al Rasyid atau biasa dipanggil Vhal Rasyid.

Vhal Rasyid sendiri merupakan seorang musisi asal Sukabumi bergenre pop yang dengan segala keterbatasan dan ketakutannya, mencoba jujur dalam bermusik hingga kemudian pada 25 Agustus 2021 lalu ia merilris single ketiga berjudul Maktub.

Sebelumnya, Vhal Rasyid juga telah merilis lagu Terdekap pada 2020 dan Pulang Ingatan pada tahun yang sama.

“Kota dan musik merupakan dua hal yang saling berkelindan. Mereka saling membutuhkan seperti halnya musik perlu kota untuk mengembangkan identitasnya,” kata Vhal dikutip sukabumiheadline.com, Sabtu (4/3/2023).

“Terlepas dari relasi yang bersifat mutualisme ini, satu kesimpulan yang bisa saya tarik: Anda bisa melihat suatu kota cukup dari bagaimana musik di kota itu berkembang,” tambah Vhal.

Berbicara tentang Sukabumi, lanjut Vhal, posisinya terbikang cukup strategis karena secara geografis kota ini hanya kota kecil dan terletak di antara dua kota yang berpengaruh atas budaya pop: Jakarta dan Bandung.

“Kedua kota besar ini cukup berpengaruh terhadap kultur di Sukabumi dalam banyak hal terutama musik,” jelasnya.

Vhal menilai, belakangan geliat seni musik di kota kelahirannya ini mulai terlihat kembali bersinar. Hal itu ditandai dengan banyaknya musisi baru yang lahir dan merilis karyanya sendiri.

“Skena musik di Sukabumi akhir-akhir ini pun cukup beragam dengan berbagai macam corak genre musik. Saya merasa kota ini patut untuk mendapatkan apresiasi lebih, karena bagi saya Sukabumi memiliki potensi yang besar dalam menghasilkan musisi yang berkualitas dan dapat bersaing dengan musisi dari kota besar,” harap Vhal.

Sayangnya, sesal dia, perkembangan skena musik di Sukabumi yang mulai membaik ini tidak dibarengi dengan kahadiran peran media pemberitaan mengenai musik.

“Seringkali terdapat kesenjangan informasi untuk cakupan kekuatan sosial agar mendapat pendengar yang lebih luas,” keluhnya.

“Saya lahir di Sukabumi. Saya harus membuat suar berupa suara. Setiap gigs adalah media ajang pertemuan informasi. Selain itu, di dalamnya ada arus jejaring juga. Jadi, ketika kita bertemu, saling berkabar dan bercerita secara langsung, itu juga menjadi media pemberitaan untuk memperluas cakupan pendengar. Itu yang saya dan teman-teman yakini dan amini sampai sekarang,” yakin Vhal Rasyid.

Kolaborasi

Lebih jauh, Vhal melihat bahwa kolaborasi lintas sektor pun sudah mulai terjadi antara musisi dan artisan illustrator untuk membuat karya bersama, seperti lagu yang direspon oleh ilustrator atau kolaborasi musisi dengan fotografer untuk keperluan artwork.

“Skena kreatif yang ada di Sukabumi cukup cair untuk saling mendukung satu sama lain dengan menguntungkan kedua belah pihak tentunya. Sesuatu yang cukup menggembirakan dan diharapkan untuk dapat terus berlangsung demi membuat ekosistem yang baik bagi perkembangan musik di kota ini,” harapnya.

Sukabumi Minim Infrastruktur Musik

Namun di sisi lain, lanjut Vhal, perkembangan skena musik di Sukabumi tidak dibarengi dengan infrastruktur musik yang memadai, seperti tidak adanya venue yang memadai untuk seni pertunjukan.

Keterbatasan dukungan infrastruktur pendukung tersebut menjadikan perkembangan seni musik di kota bak menggeliat di ruang sempit.

“Misalnya ketiadaan infrastruktur pendukung untuk pertunjukan akustik, ataupun tempat yang representatif untuk sebuah pertunjukan,” sesalnya.

“Termasuk dalam hal producing dan pengkaryaan, Sukabumi mempunyai keterbatasan tempat untuk rekaman yang profesional untuk membuat hasil produksi dengan kualitas audio yang baik,” imbuhnya.

Musisi Sukabumi dan Cap Band Pembuka

Vhal juga menyesalkan adanya cap “band pembuka” yang diberikan kepada musisi lokal ketika pertunjukan dengan mengundang bintang tamu band nasional.

Akibatnya, sesal Vhal, hal itu membuat perlakuan terhadap “band pembuka” ini tidak sebanding dengan “bintang tamu”.

“Jadi hal itu berimbas dalam jadwal check sound, backstage dan hal hal teknis lainnya yang kurang diperhatikan oleh panitia karena menganggap ‘band pembuka’ sekadar pertunjukan mengisi waktu sebelum hidangan utama,” keluhnya.

“Namun, saya yakin dengan segala kesulitan dan kekurangannya, kota ini akan memunculkan musisi baru yang layak untuk diperhitungkan dan diperbincangkan,” yakin Vhal Rasyid.

Konten Lainnya

Content TAGS

Konten Populer