24 C
Sukabumi
Selasa, April 30, 2024

Cek Harga Vivo V30 Pro, Mirip iPhone Versi Murah dengan Fitur Menarik

sukabumiheadline.com l Pemberitaan tentang kehadiran Vivo V30...

Ternyata Ini Penyebab Ledakan Tabung CNG di Cibadak Sukabumi, Kepsek SD Korban Tewas

sukabumiheadline.com l Peristiwa pilu meledaknya tabung gas...

Dosen Teknik Sipil Universitas Nusa Putra: 5 Strategi Atasi Kemacetan di Exit Toll Bocimi Seksi 2

LIPSUSDosen Teknik Sipil Universitas Nusa Putra: 5 Strategi Atasi Kemacetan di Exit Toll Bocimi Seksi 2

SUKABUMIHEADLINE.com l PARUNGKUDA – Jalan Tol Bocimi sangat dinantikan oleh masyarakat Sukabumi. Bagaimana tidak, jalan tol ini digadang-gadang sebagai penghubung kawasan Sukabumi menuju kawasan Megapolitan Jabodetabek.

Selain itu, jalan tol ini juga diharapkan menjadi trigger pertumbuhan ekonomi di kawasan Sukabumi, Palabuhanratu hingga kawasan Cianjur.

Pembukaan Tol Bocimi Fase 1 (Ciawi-Cicurug) pada tahun 2018 lalu, telah banyak membantu pengguna jalan mempersingkat waktu tempuh perjalanannya. Sebagaimana diketahui, ruas jalan arteri Cibadak-Cicurug-Ciawi merupakan jalur neraka lalu lintas yang nyata adanya.

Bagaimana tidak, jalan sepanjang 34 KM yang normalnya bisa ditempuh selama 40 menit dengan kendaraan roda 4, pada kenyataannya membutuhkan waktu berjam-jam.

Karenanya, dengan beroperasinya Tol Bocimi fase 1 tersebut, kemudian mampu mengurangi waktu tempuh perjalanan secara signifikan.

Pembukaan Tol Bocimi Fase 2

Dengan beroperasinya Tol Bocimi Fase 1 penumpukan kendaraan yang biasanya terjadi pada area Caringin, Benda, dan beberapa titik lainnya, bisa tertampung oleh jalan tol.

Dengan dibukanya akses tol Cigombong juga mempercepat kendaraan yang hendak menuju ke arah Sukabumi untuk memasuki area Cicurug. Karenanya, penumpukan kendaraan pada area Cicurug tidak dapat terhindarkan dan bertambah buruk hari demi hari.

Pembangunan Jalan Tol Bocimi dilanjutkan ke fase 2 yaitu section Cigombong sampai dengan Parungkuda. Meskipun terkendala pandemi Covid-19 yang menyebabkan pekerjaan kerap tertunda, tapi pada akhirnya Tol Bocimi fase  2 direncanakan akan rampung pada akhir tahun 2022 dan mulai beroperasi awal 2023.

Dengan dibukanya exit toll Parungkuda sudah tentu akan mengurangi penumpukan kendaraan di area Cicurug yang terkenal akan kemacetannya.

Namun, menurut Dosen Teknik Sipil Universitas Nusa Putra Triono., SPd. MT., hal itu bukan berarti permasalahan transportasi di wilayah utara Sukabumi secara makro akan terselesaikan.

“Dipastikan akan terjadi penumpukan kendaraan di Cibadak. Karenanya, permasalahan yang akan terjadi di Cibadak akan lebih rumit dibandingkan kemacetan yang terjadi di Cicurug saat ini,” kata Triono, Ahad (6/11/2022).

“Penyelesaian berbagai masalah transportasi dengan rekayasa enjineering seperti fly over, underpass mungkin akan jadi jalan yang terbaik. Namun, mengingat biaya investasi yang tinggi, tentunya akan sulit terlaksana,” paparnya.

Kepada sukabumiheadline.com, Triono memaparkan 5 strategi mengatasi kemacetan lalu lintas di exit toll Bocimi Seksi 2 ruas Cigombong-Cibadak, sebagai berikut:

1. Membangun Bunderan di Persimpangan Cibadak-Palabuanratu

Terkait potensi masalah kemacetan lalu lintas yang akan terjadi, dosen yang menyelesaikan studi S2 di Universitas Pelita Harapan (UPH) ini menawarkan solusi yang bersifat rekayasa lalu lintas, mengingat biaya yang terbilang rendah.

Rekayasa lalu lintas, tambah Triono, dapat mengurangi terjadinya konflik lalu lintas, atau bertemunya kendaraan yang berbeda arah pada satu titik. Mulai dari konflik minor, yakni bertemunya kendaraan dengan tujuan yang sama, hingga konflik major adalah bertemunya kendaraan dengan tujuan yang berbeda dengan low cost.

“Konflik major dan minor memiliki kontribusi yang berbeda terhadap kemacetan lalu lintas. Tentunya konflik major memiliki kontribusi lebih tinggi dibandingkan konflik minor. Untuk itu, alternatif yang bisa dilakukan di sini, adalah dengan membuat bundaran pada pertigaan Cibadak-Palabuanratu,” jelasnya.

Dengan adanya bundaran pada persimpangan, lanjut dia, akan mengubah konflik major menjadi minor, dan diharapkan keberadaannya dapat menurunkan derajat kejenuhan di persimpangan.

2. Memecah Titik Konsentrasi Transit Angkutan Umum

Kemudian, rekayasa lalu lintas yang diyakini dapat mengurangi kemacetan, adalah dengan menggeser titik transit angkutan umum atau angkutan perkotaan (angkot).

“Seperti yang dilakukan KCI Kereta Commuter Indonesia yang memecah konsentrasi transit penumpang di Stasiun Tanah Abang dengan cara memecah menjadi dua titik, yaitu Stasiun Tanah Abang itu sendiri dan Stasiun Manggarai dengan cara menonaktifkan Commuter Bogor-Tanah Abang,” Triono memberi contoh.

Hal serupa, jelas Triono, bisa dilakukan di kawasan Cibadak dengan memindahkan lokasi transit angkot 09 trayek Cicurug-Cibadak dan 07 trayek Cibadak-Cisaat, dari semula berlokasi di Pasar Cibadak menjadi di sekitar Lapangan Siliwangi.

“Dengan pemindahan titik transit pengguna angkutan umum ini diharapkan beban lalu lintas yang diterima oleh jalan dari arah pertigaan menuju pasar Cibadak hanya angkutan umum arah Cibadak-Cicurug, tidak perlu menanggung beban lalu lintas yang diakibatkan oleh angkutan umum Cibadak-Cisaat,” jelas Triono.

“Dengan demikian, konsentrasi penumpang transit dan konsentrasi aktivitas pasar bisa terbagi,” imbuhnya.

4. Mengurangi Hambatan Samping

Sementara, untuk mengurangi hambatan samping, atau gangguan-gangguan lalu lintas yang diakibatkan oleh aktifitas-aktifitas di samping jalan (Trotoar), seperti keberadaan para pedagang kaki lima, pejalan kaki, parkir sepeda motor, drop off barang, dan lainnya, maka dibutuhkan median jalan yang cukup tinggi.

“Hambatan samping memiliki kontribusi yang cukup tinggi terhadap kemacetan. Hal ini bisa diatasi dengan pembuatan median jalan yang memaksa pengguna jalan tetap berada pada lajurnya masing-masing. Hal ini bisa kita lihat pada area pasar Cipanas Cianjur,” ungkap dia.

Pembuatan median jalan berupa pagar yang cukup tinggi, yakin Triono, dapat menghindari kemunculan para penyeberang jalan. “Karenanya, untuk penyeberang jalan, perlu dibuatkan jembatan penyebrangan orang di beberapa titik,” kata Triono.

5. Mengelola Angkutan Umum Secara Profesional 

Triono menambahkan, telah banyak penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa teknik sipil yang mengkaji kemacetan pada area ini. Secara teknis tingkat kepadatan lalu lintas dapat diukur dan dipecahkan dengan mudah.

Akan tetapi, kearifan lokal, kebiasaan masyarakat, dan tingkat pendidikan masyarakat terkadang menyulitkan para profesional dan akademisi dalam menyelesaikan masalah.

“Perlu kedewasaan bersama dalam berlalulintas agar permasalahan lalu lintas seperti ini bisa diatasi dengan baik,’ harap Triono.

Karenanya, untuk meningkatkan disiplin dalam berlalu lintas, angkutan umum yang memiliki kontribusi kemacetan pada area Cibadak ini bisa dikelola secara profesional.

“Seperti halnya Jaklingko di Jakarta. Kehadirannya telah memaksa para pengemudi untuk lebih baik, profesional dan tidak cenderung mengejar setoran yang akhirnya merugikan semua pihak,” jelasnya.

Namun demikian, Triono mengatakan, pendapatnya tersebut sebagai bersifat asumsi. Karenanya, perlu dibuatkan model penelitian lanjutan agar lebih terukur.

“Perlu keseriusan bersama antara pemangku kebijakan, pengusaha, dan Organda yang berkepentingan terhadap kawasan Cibadak,” pungkasnya.

Konten Lainnya

Content TAGS

Konten Populer