22.4 C
Sukabumi
Senin, April 29, 2024

Perum Bumi Mutiara Indah 6 dinilai asal-asalan, ini kata Kades Parungkuda Sukabumi

sukabumiheadline.com - Kepala Desa (Kades) Parungkuda, Didih...

Dibekali Cheetah X1, cek spek HP mewah Infinix Note 40 Pro harga terjangkau

saukabumiheadline.com - Infinix Note 40 series menjadi...

Paman Anwar Usman langgar etik lagi, MKMK kembali beri sanksi

sukabumiheadline.com - Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi (MKMK)...

Dosen Teknik Sipil Universitas Nusa Putra Sukabumi: Hapuskan Sekat-sekat Gender

Gaya hidupDosen Teknik Sipil Universitas Nusa Putra Sukabumi: Hapuskan Sekat-sekat Gender

SUKABUMIHEADLINE.com I CISAAT – Wanita memiliki wawasan luas berarti tahu betul bagaimana cara berkompetisi yang fair dalam urusan karier atau lainnya. Terlebih, seiring berkembangnya pendidikan tinggi di Indonesia, kini banyak wanita tidak lagi memilih jurusan yang identik dengan kaum Hawa.

Oleh karena itu, tidak mengherankan jika banyak perempuan memilih jurusan teknik, kemudian menduduki posisi strategis, mulai dari perencanaan, perancangan, monitoring hingga evaluasi.

Bentuk keterlibatan perempuan dalam pembangunan infrastruktur, misalnya, dapat dilibatkan di level kebijakan, seperti dalam proses perumusan kebijakan agar pembangunan di bidang infrastruktur bersifat inklusif dan dan ramah gender.

Utamy Sukmayu Saputri, salah seorang dosen perempuan di Universitas Nusa Putra Sukabumi, memberikan pandangan seputar bidangnya, teknik sipil, yang selama puluhan tahun identik dengan kaum Adam.

Kepada sukabumiheadline.com, Selasa (23/11/2021), Utamy menjelaskan alasannya mempelajari teknik sipil hingga kemudian menjadi pendidik.

“Berbagi ilmu karena ilmu itu tidak akan expired. Itu salah satu alasan saya tertarik menjadi dosen. Selain itu, ada kebahagian tersendiri jika kemudian melihat mahasiswa sukses, mendorong saya untuk terus belajar dan meningkatkan kualitas diri,” jelas ibu satu anak itu.

Hapuskan Sekat-sekat Gender

Wanita yang hobi membaca ini berpendapat, ketimpangan gender yang terjadi saat ini sudah terkonstruksi sejak berabad-abad silam, dan tanpa sadar terus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sejak kecil. Sehingga, akhirnya dapat membentuk persepsi seorang anak.

Padahal, pemahaman baru mengenai gender bisa dikonstruksi asalkan masyarakat mulai menerima dan menyadari pentingnya menghapuskan sekat-sekat perbedaan antara laki-laki dan perempuan, sebab hanya menjadi hambatan dalam kehidupan.

“Laki-laki dan perempuan memiliki kemampuan sama dalam berbagai hal, sehingga terbentuknya konstruksi gender malah membuat batasan-batasan dalam berbagai ruang kehidupan. Karenanya, pemahaman masyarakat terkait laki-laki dan perempuan harus diubah agar lebih terbuka karena gender bukan sesuatu yang permanen dan tidak universal,” jelas Utamy.

Dalam hal skill, Utamy sendiri merupakan salah seorang wanita Sukabumi yang langka di bidang nya. Tidak mengherankan jika ia pernah menjadi narasumber dalam pelatihan rencana anggaran biaya (RAB) dan gambar teknik, serta menjadi ahli K3 dalam proyek pembangunan gedung Pemerintah Kabupaten Sukabumi.

“Itu capaian yang saya dapatkan dari hasil kerja keras selama menjadi dosen. Bukan saya berpuas diri, tapi harus terdorong untuk lebih berprestasi lagi,” harap wanita kelahiran Sukabumi pada 22 Oktober 1988 lalu ini.

Wanita untuk Sukabumi Lebih Baik

Menurut penyuka warna hitam, biru dan abu-abu ini, tingkat partisipasi perempuan dalam pembangunan saat ini masih jauh lebih rendah dibandingkan laki-laki. Sayangnya, kata Utamy, konstruksi tersebut dibangun banyak kalangan hanya berdasarkan gender.

“Saya akui memang betul masih banyak yang berpikir, perempuan itu hanya bisa berpartisipasi dalam bentuk menyampaikan kritikan. Banyak wanita dianggap hanya boleh bekerja di balik meja. Masih juga banyak yang menilai tabu apabila seorang wanita bekerja di lapangan,” sesalnya.

Padahal, menurutnya, perempuan bisa menjadi aktor strategis di dalam pembangunan agar dapat mengubah kehidupan masyarakat, khususnya di Sukabumi agar lebih baik dan sejahtera.

Karenanya, Utamy berharap agar wanita Sukabumi yang memiliki skill sesuai bidangnya agar diberi kesempatan sama.

“Kepada para wanita yang memang memiliki skill dalam memajukan daerah, harus diberi kesempatan yang sama. Hilangkan istilah kesetaraan gender yang nantinya akan membuat kami (wanita) selalu dipandang sebelah mata,” pintanya.

“Seiring berkembangnya zaman, menurutnya, maka peran perempuan saat ini sudah harus setara dengan pria. Dengan skill yang dimilikinya, tidak sedikit perempuan terjun langsung ke lapangan, membantu mencari nafkah untuk menunjang kesejahteraan keluarganya,” ungkapnya.

Menyertakan perempuan dalam proses pembangunan, khususnya di Sukabumi, tidak berarti hanya sebagai sebuah sikap humanisme laki-laki belaka. Namun, peran perempuan dalam bidang pembangunan harus menjadi upaya bersama mengangkat harkat serta kualitas perempuan.

“Melibatkan perempuan dalam pembangunan merupakan kehormatan yang diberikan kepada kami, karena walau bagaimanapun kami telah diberi kesempatan berperan serta dalam pembangunan. Namun begitu, perempuan harus tetap menomorsatukan keluarga. Saya selalu mendisiplinkan diri sendiri agar pekerjaan tidak dibawa ke rumah, karena di rumah adalah waktu saya bersama keluarga” pungkas dia.

Konten Lainnya

Content TAGS

Konten Populer