27.7 C
Sukabumi
Senin, April 29, 2024

Itel RS4 dengan RAM 12 GB dan storage 256GB, layar lengkung dijual Rp1 jutaan

sukabumiheadline.com - Berita tentang Itel RS4 memicu...

Di utara Sukabumi macet, pantai selatan gelombang tinggi

sukabumiheadline.com - Arus kendaraan pada musim libur...

Kejar target Tol Bocimi selesai 2026, SMI suntik dana Rp1,5 triliun

sukabumiheadline.com - Badan Usaha Milik Negara (BUMN)...

Marak Aksi Geng Motor di Kota Sukabumi, Aktivis, Akademisi hingga Ulama Bicara

SukabumiMarak Aksi Geng Motor di Kota Sukabumi, Aktivis, Akademisi hingga Ulama Bicara

sukabumiheadline.com l SUKABUMI – Maraknya informasi aksi teror geng motor di Sukabumi membuat warga resah. Aksi-aksi mereka di wilayah hukum Kota Sukabumi menjadi perbincangan publik setelah beredar di berbagai platform media sosial. Mereka menamakan dirinya Sukabumi All Star.

Karena terus terjadi, sebagian warga menyebut aksi geng motor sebagai ada yang menggerakkan. Tidak ketinggalan, aktivis, kalangan akademisi, tokoh ulama dan pemuda di Kota Sukabumi mengungkapkan pendapat dan keresahannya.

Warga Kabandungan, Kota Sukabumi, Dede Al Waka (30) menyampaikan keresahannya terkait aksi berandalan yang marak di wilayahnya.

“Terkait maraknya aksi berandalan bermotor, saya selaku warga Kabandungan meminta kepada pihak Kepolisian setempat agar senantiasa aktif berpatroli terutama di jalan Kabandungan, biasanya titik kumpul berandalan bermotor ini berada tepat di depan perumahan Royal Regency,” ujarnya kepada sukabumiheadline.com, Kamis (25/11/2021).

Ia menambahkan, aksi berandalan bermotor ini membuat warga resah dan was-was bila melakukan aktivitas pada malam hari, untuk itu kepada pihak kepolisian untuk terus menggiatkan patroli.

“Kami warga meminta para pihak agar bisa menanggapi keluhan kami selaku warga masyarakat,” cetusnya.

Sementara itu menurut Abi kholil Asubki pimpinan Majelis Pengajian Arifa’iyyah Kota Sukabumi mengatakan, berandalan bermotor yang kerap melakukan kriminalitas karena lemahnya iman para remaja. Kurangnya waktu orang tua dengan anak karena sibuk dengan urusan duniawi, menjadi penyebab lain. Perilaku para remaja brutal itu karena kurang kasih sayang orang tua.

“Kurangnya perhatian dan kasih sayang dari orang tua, dan faktor lainnya, dipicu pengaruh minuman keras dan obat terlarang yang mudah didapatkan,” terangnya.

Hal senada diungkapkan oleh salah seorang aktivis Sukabumi Doni Maulana, pria yang biasa disapa Mang Odon, warga Cibunarmuara Kecamatan Kadudampit, menuturkan bahwa selalu pulang kerja malam dan biasa melewati Jalan Lingkar Selatan.

“Sangat resah dan menyayangkan, kejadian ini terus berulang, berarti belum ada efek jera dan belum ada langkah kongkrit yang menyentuh akar permasalahan,” cetusnya.

Odon menambahkan, anak muda sekarang minim ruang ekspresi. Mereka butuh tempat dan sarana untuk menunjukan eksistensi, seperti melalui olahraga, seni budaya, dan kegiatan-kegiatan lain.

“Kalau gak di fasilitasi dan dibina, ya gak beres-beres. Cuma seremonial damai, lalu berulang seperti ritual,” tuturnya bernada sinis.

Hal lain diungkapkan oleh salah seorang dosen di politeknik yang ada di Kota Sukabumi, Ganjar Praputra (47) dirinya turut mengungkapkan keprihatinannya atas maraknya aksi berandalan bermotor ini.

“Terlalu dini kalau menerka-nerka ini ada yang menggerakkan untuk hal tersebut dijadikan kesimpulan. Banyak faktor memicu tindakan tersebut, kita harus melihat akar permasalahan dan mencari solusi agar tidak terjadi lagi aksi geng motor yang meresahkan masyarakat,” ujarnya.

Lanjut Ganjar, usia beranjak dewasa pada setiap orang tentunya ingin mencari identitas diri, ingin diakui oleh pihak lain, maka peran pemerintah, lingkungan dan keluarga sangatlah penting.

Disaat peran itu tidak didapat maka memungkinkan ada pihak yang mungkin akan “merangkul” mereka untuk berbagai kepentingan.

“Saya yakin tidak ada orang yang di atas nalar normal ingin berbuat yang berdampak merugikan orang lain dan diri sendiri. Dengan terbentuknya satu komunitas dan pada komunitas tersebut tidak mendapat ‘pengakuan’ dari berbagai pihak, maka dapat tercipta berbagai prilaku, dapat berupa tindakan positif atau negatif” ungkapnya.

Ia menyebutkan, peran berbagai pihak yang diharapkan dapat merangkul dan mengarahkan untuk hal yang positif dan menciptakan mereka menjadi manusia yang merasa punya arti dan diakui jati dirinya. Hal itu disebut Ganjar sebagai tidak mudah, tapi merupakan kewajiban pemerintah.

“Saya rasa salah satu indikator suksesnya pemerintah adalah dengan membuat daerahnya aman dan nyaman,” terangnya.

Aktivis Sukabumi lainnya, Robi Sanana (26) menyebutkan, sangat ironis dengan adanya kasus tersebut.

Tak hanya menyalahkan para pelaku, Robi Sanana yang juga fokus dalam kajian pemenuhan perlindungan hak anak, menyesalkan sikap Kepolisian lantaran tak bisa mendeteksi aksi-aksi geng motor di Sukabumi.

“Seperti tidak ada strategi yang masif. Bahkan, khusus untuk menyelesaikan polemik geng motor pun dari kasus-kasus yang sudah terjadi, justru membuat hasrat remaja menjadi bagian dari geng motor semakin menjadi,” tuturnya.

Robi pun akan mendesak pemerintah dan DPR untuk mengkaji dan mengimplementasikan Undang-Undang Sistem Peradilan Pidana Anak, menurut ia inti dari UU itu adalah penanganan hukum yang harus diperberat untuk menimbulkan efek jera.

“Misalnya dengan menghadirkan orang tua mereka selama proses hukum, atau disuruh kerja paksa atau kerja sosial sebagai pelengkap sanksi pidana,” pungkasnya.

Informasi dihimpun sukabumiheadlines.com sampai dini hari tadi, terjadi ulah geng motor di Kampung Nyangkokot, Desa Sudajaya Girang Kecamatan/Kabupaten Sukabumi hingga membuat jatuhnya korban. Hal tersebut diduga menjadi korban penyerangan geng motor.

Konten Lainnya

Content TAGS

Konten Populer