29.1 C
Sukabumi
Senin, Juni 17, 2024

Cek Harga Vivo V30 Pro, Mirip iPhone Versi Murah dengan Fitur Menarik

sukabumiheadline.com l Pemberitaan tentang kehadiran Vivo V30...

Dengan DNA 250 CC, Kawasaki Ninja Matic 160 Bakal Obrak Abrik Dominasi NMax dan PCX

sukabumiheadline.com l Pasar otomotif Indonesia kembali dihebohkan...

Daftar Kerajaan Islam periode 800 – 1600 Masehi di Indonesia, dua di Tatar Pasundan

KhazanahDaftar Kerajaan Islam periode 800 - 1600 Masehi di Indonesia, dua di Tatar Pasundan

sukabumiheadline.com – Selain kerajaan yang bercorak Hindu dan Budha, di Nusantara juga tersebar banyak kerajaan Islam. Bahkan, keberadaan kerajaan-kerajaan Islam ini sangat memengaruhi perkembangan Agama Islam di Nusantara. Tercatat ada belasan kerajaan Islam pernah berdiri di Nusantara dalam rentang 800 hingga 1600 Masehi.

Mengutip dari buku Sejarah 2 yang ditulis oleh Sardiman, ada belasan kesultanan dan kerajaan Islam tersebar dari Barat hingga Timur Nusantara. Hal itu dibuktikan dengan ditemukannya berbagai artefak peninggalan kerajaan-kerajaan Islam tersebut.

Baca Juga:

Berikut adalah 12 kerajaan dan kesultanan Islam tertua yang pernah berdiri di Nusantara, di mana dua di antaranya berdiri di Tatar Pasundan, yakni Kerajaan Cirebon dan Banten.

1. Kerajaan Perlak

Kerajaan Islam ini berada di tanah Aceh, sekaligus menjadi kerajaan Islam pertama di Indonesia. Adapun, bukti keberadaan Kerajaan Perlak, yakni catatan Sayyid Abdullah Ibn Sayyid Habib Saifuddin tentang silsilah raja-raja Perlak dan Pasai.

Kerajaan Perlak diketahui berdiri di Aceh pada 1 Muharram 225 H atau 840 M. Raja pertamanya adalah Sayid Abdul Aziz, yang bergelar Sultan Alaiddin Saiyid Maulana Abdul Aziz Syah.

2. Kerajaan Samudera Pasai

Kerajaan Samudra Pasai berdiri menggantikan Kerajaan Perlak yang sudah berada di ambang keruntuhannya. Raja pertamanya Sultan Malik Al-Saleh (1285-1297) mempersunting putri penguasa Perlak yaitu Putri Ganggang Sari. Demikian Perlak disatukan dengan Samudera Pasai.

Pada masa Malik Al-Tahir II (1326-1348), Samudera Pasai mengalami kemajuan pesat. Kerajaan ini mulai mengalami kemunduran sejak Sultan Malik Al-Tahir 3 karena pemerintahannya kurang jelas hingga kemudian dikuasai Portugis pada 1521.

3. Kerajaan Malaka

Kerajaan Malaka merupakan kesultanan Islam paling berpengaruh di Selat Malaka (Sumatera dan Semenanjung Malaka), didirikan oleh seorang pangeran dari Blambangan, Jawa Timur yang bernama Paramisora yang melarikan diri dari serangan Majapahit. Setelah bertemu dengan Sidi Abdul Aziz, ia memeluk Islam dan mengganti nama menjadi Iskandar Syah dan dipercaya memimpin Kerajaan Malaka.

Kerajaan Malaka mengalami keruntuhan pada 1511.

4. Kerajaan Aceh

Kerajaan Aceh berdiri sekira 1514 dengan raja pertama bernama Ibrahim bergelar Sultan Ali Mughayat. Pada masa Sultan Iskandar Muda, Aceh mencapai masa kejayaannya dan berhasil memperluas wilayah kekuasaan. Namun sayangnya, Malaka belum juga jatuh ke tangan Aceh.

Sultan Iskandar Muda digantikan oleh menantunya, yakni Iskandar Thani hingga pada 1641 digantikan permaisurinya. Namun, ketidakmampuan permaisuri menghadapi VOC membuat kerajaan ini runtuh.

5. Kerajaan Demak

Kerajaan Demak adalah kesultanan Islam pertama di Pulau Jawa yang didirikan oleh Raden Patah pada akhir abad 15. Dalam perkembangannya, Demak berperan besar terhadap penyebaran Islam di Jawa dan wilayah Indonesia bagian timur, seperti Kalimantan, Makassar, Ternate hingga Ambon.

Kemunduran Demak diakibatkan perebutan kekuasaan antar anggota keluarga kerajaan setelah Sultan Trenggono (1521-1546) gugur. Seharusnya, Pangeran Sekar Seda Lepen yang menjadi penggantinya, namun ia dibunuh oleh Pangeran Prawoto, anak Sultan Trenggono.

Baca Juga:

6. Kerajaan Pajang

Sultan Hadiwijaya menjadi raja pertama Kerajaan Pajang. Demak yang waktu itu telah diserahkan kepada Arya Pangiri, anak Sunan Prawoto, pun tunduk kepada Pajang yang mengalami puncak kejayaan di bawah Sultan Hadiwijaya hingga pada 1582, Sultan Hadiwijaya meninggal dunia.

Arya Pangiri kemudian merebut Pajang dan berhasil menaiki tahta. Pangeran Benowo, putra Sultan Hadiwijaya kemudian merebut kembali kekuasaan dan menyerahkan tahta kepada Sutawijaya. Pusat Kerajaan Pajang kemudian dipindahkan ke Mataram, hingga lahirlah Kerajaan Mataram Islam.

7. Kerajaan Mataram Islam

Raja pertamanya adalah Sutawijaya, yang bergelar Panembahan Senopati. Panembahan Senopati wafat pada 1601 dan dimakamkan di Kota Gede, Yogyakarta.

Kerajaan ini mengalami kemunduran ketika Amangkurat II memimpin akibat campur tangan VOC. Keadaan Mataram makin tidak menentu ketika terjadi Perjanjian Giyanti, di mana wilayah Mataram harus dibagi dua menjadi Kesunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta pada 1755.

8. Kesultanan Cirebon

Keraton Kasepuhan Cirebon - Istimewa
Keraton Kasepuhan Cirebon – Istimewa

Kerajaan Islam pertama di Tatar Pasundan, adalah Kerajaan Cirebon yang didirikan oleh Pangeran Walangsungsang dan bergelar Cakrabuana. Namun, satusnya meningkatkan menjadi Kesultanan Cirebon ketika Syarif Hidayatullah berkuasa, 1448-1568.

Syarif Hidayatullah sendiri merupakan keponakan sekaligus pengganti Pangeran Cakrabuana, sekaligus pendiri dinasti Raja Cirebon dan Banten. Syarif Hidayatullah aktif menyebarkan Islam di wilayah Jawa Barat hingga dikenal dengan sebutan Sunan Gunung Jati.

Di bawah kekuasaan Syarif Hidayatullah, Cirebon mendapatkan dukungan tentara Demak, yang dipimpin panglima Fatahillah untuk membebaskan seluruh pantai utara Jawa Barat, termasuk Banten. Fatahillah juga berhasil mengusir Portugis dari Sunda Kelapa yang kemudian berganti nama menjadi Jayakarta.

Fatahillah dikukuhkan menjadi Bupati Jayakarta dan anak Syarif Hidayatullah, Sultan Hasanuddin diangkat menjadi penguasa di Banten. Cirebon pun semakin kuat dengan wilayah Banten dan Jayakarta yang berada di bawah kekuasaannya.

Keruntuhan kesultanan ini disebabkan campur tangan VOC yang membagi Cirebon menjadi tiga kekuasaan, yakni Kasepuhan, Kanoman, dan Kacirebonan, sehingga kemudian VOC berhasil menguasai Cirebon.

9. Kerajaan Banten

Kesultanan Banten - Istimewa
Kesultanan Banten – Istimewa

Kerajaan Islam kedua di Tatar Pasundan, adalah Kerajaan Banten yang mencakup Lampung dan Bengkulu dengan rajanya yang pertama, adalah Hasanuddin (1527-1570). Selanjutnya, kerajaan ini dikuasai Pangeran Yusuf, putra dari Hasanuddin.

Selanjutnya, saat Sultan Abdulfatah atau yang lebih dikenal Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1682) berkuasa, ia dikenal anti kekuasaan asing dan gigih melakukan perlawanan terhadap VOC.

Baca Terkait: Ketika Raja Sunda Ditaklukkan Raja Sunda, Kisah Lengkap Pajajaran Runtuh

Kerajaan Banten mengalami kemunduran pada masa akhir pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa. Kebencian Sultan Ageng terhadap VOC juga ditentang Sultan Haji sebagai raja muda.

VOC kemudian memanfaatkan kondisi tersebut dan membantu Sultan Haji untuk mengakhiri kekuasaan Sultan Ageng Tirtayasa. Usai Sultan Ageng turun tahta, kekuasaan VOC justru makin kuat, sehingga membuat Kerajaan Banten runtuh.

10. Kerajaan Makassar

Kerajaan Islam ini berdiri di wilayah Sulawesi Selatan (saat ini) pada abad ke-16, meliputi Kerajaan Gowa, Tallo, Bone, Luwu, Soppeng, Wajo, dan Sidenreng. Berdirinya kerajaan ini berawal dari 1528, ketika Gowa dan Tallo membentuk persekutuan yang melahirkan Kerajaan Makassar.

Makassar jadi kerajaan paling berkembang di Sulawesi dan mencapai puncak keemasannya pada masa Sultan Malikussaid (1639-1653). Ia kemudian digantikan putranya, Sultan Hasanuddin yang dikenal karena keberaniannya menentang VOC.

11. Kerajaan Ternate dan Tidore

Ternate dan Tidore termasuk kerajaan Islam yang kuat di Maluku. Namun, kedua kerajaan ini kerap terjadi persaingan, terlebih setelah kedatangan bangsa asing, Portugis dan Spanyol di Kepulauan Maluku. Namun demikian, pada 1533, Ternate dan Tidore bersatu untuk melawan dan mengusir Portugis pada 1575.

Saat VOC mulai menguasai Maluku, tapi perlawanan rakyat tetap berlanjut di bawah komando Sultan Nuku yang berhasil mempersatukan Tidore dan Ternate.

12. Kerajaan Banjar

Kerajaan Banjar merupakan kerajaan Islam pertama di Pulau Kalimantan yang dipimpin oleh Sultan Suryanullah. Banjar kemudian memperluas wilayah hingga Sukadana (kini Kalimantan Barat) dan Kotawaringin (Kalimantan Tengah).

Hingga pada 1606, VOC datang ke Banjarmasin untuk menjalin kontrak dan monopoli tetapi ditolak oleh Kerajaan Banjar. Demikian pada 1610 di Sambas, tapi VOC tak kenal menyerah dan datang kembali ke Banjarmasin pada 1635 untuk mengadakan kontrak, namun tetap gagal.

Konten Lainnya

Content TAGS

Konten Populer